Aki Kalla Dengan Caranya Memajukan Penyanyi Asal NTT
Aki Kalla, penyanyi yang memiliki banyak prestasi di Kota Kupang bahkan tingkat nasional, ingin memajukan penyanyi muda asal NTT
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Hermina Pello
POS-KUPANG.COM | KUPANG- NAMA lengkapnya adalah Adriana Bunna Kalla, S.E. Namun dia lebih tenar dengan nama Aki Kalla. Bagi warga Kota Kupang, nama ini sudah tidak asing lagi, dengan suara yang sangat merdu.
Dia sudah menjuarai lebih dari 100 lomba mulai dari tingkat gereja, tingkat Kota Kupang, tingkat NTT bahkan sampai ke ajang nasional. Tapi sekarang ini, Aki sudah jarang menyanyi di panggung, atau turun arena.
Turun panggung bukan berarti tidak lagi menyanyi. Kalau diundang untuk menyanyi maka perempuan kelahiran Kalabahi-Alor, 21 Desember 1972 ini akan melihat, apakah dia nyaman untuk menyanyi ataukah anak-anak didikannya yang lebih nyaman.
Aki sejak lama telah melengkapi ilmu sehingga saat turun panggung, dan menjadi juri, istri dari Micklon Edison Nakmofa, MT ini selalu berbagi ilmu. Hal ini dilakukan baik saat membina anak didik ataupaun saat menjadi juri lomba menyanyi.
"Saya sudah mulai membina anak untuk menyanyi sejak saya masih SMA. Saya sadar bahwa inilah talenta yang Tuhan berikan untuk saya. Melalui talenta ini, saya juga harus bisa membagikan kepada orang lain," ujarnya.
Saat ini sudah ratusan orang yang dalam binaan dia. Mulai dari paduan suara pemuda di gereja Paulus, paduan suara di Tofa, pemuda dan juga anak binaannya yang satu per satu, termasuk sudah dua tahun ini dia membuka Rumah Musik Siloam dengan anak binaan mencapai 100 orang.

"Beberapa penyanyi hebat yang ada di Kota Kupang ini, juga ada yang merupakan binaan saya. Memang tidak seratus persen tapi ada bagian yang saya berikan untuk mereka. Saat saya menjadi juri pada berbagai lomba, ada yang selalu saya berikan untuk mereka untuk mereka bisa lebih baik," ungkapnya.
Selama 32 tahun, Aki berada di panggung maka istilahnya sudah makan asam garam . Dia mengatakan misalnya Anmesh, Marion Jola dan Inggid yang berangkat dari festival ke festival di Kota Kupang.
"Dan di sana ada kami. Kami tidak pukul dada tapi paling tidak ada yang kami berikan kepada mereka. Jadi anak binaan sudah banyak, bahkan sekarang ada yang hampir menggantikan poisisi kami, jadi pelatih," katanya.

Ia membahkan, untuk Dini Rambu dan Marion, memang dari Gereja GMIT Paulus yang dari kecil sudah kelihatan bakat. Misalnya Dini Rambu adalah penyanyi sekolah minggu, sementara Inggid adalah anak binaan dari usia lima tahun.
Belum banyak orang yang mau masuk ke bidang ini, karena kadang kala bukan mendapatkan uang tapi malah uang keluar dari kantong sendiri.
Namun mama dari anak Kristin, Aldo dan Grace ini tetap menjalaninya dengan tabah karena dia menyadari kalau talenta yang sudah diberikan Tuhan itu harus dibagikan kepada sesama.
"Semua niat baik dari berawal dari niat hati untuk bersyukur kepada Tuhan bahwa talenta ini Tuhan titip, alangkah bijak bila talenta ini bisa dibagi," ungkapnya.
Dia menyadari bahwa di NTT dari terlalu banyak orang yang diberikan talenta seperti ini sehingga kalau semua duduk dan berpangku tangan maka Aki yang sekarang dipercaya sebagai Kasie Pelayanan Masyarakat Kelurahan Maulafa ini, talenta-talenta muda di NTT akan tetap di daerah saja
