Berita Tamu Kita

Tamu Kita : Haji Andi Baso Pembuat Kapal Pesiar di Labuan Bajo

Haji Andi Baso merupakan salah satu pengusaha kapal pinisi yang sukses dalam 10 tahun terakhir walau sempat jatuh bangun.

Penulis: Servan Mammilianus | Editor: Apolonia Matilde
DOKUMENTASI HAJI ANDI BASO
Haji Andi Baso Pembuat Kapal Pesiar 

SEKTOR pariwisata di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) semakin bertumbuh pesat. Sektor pariwisata turut memberi ruang bagi pertumbuhan usaha kapal wisata.

Salah satunya kapal jenis pinisi. Untuk diketahui pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan tepatnya Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Pinisi sebenarnya merupakan nama layar.

Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang. Umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Dua tiang layar utama tersebut berdasarkan dua kalimat syahadat dan tujuah buah layar merupakan jumlah dari surah Al-Fatihah.

PMII Cabang Kupang gelar sekolah Aswaja

Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia.

Haji Andi Baso merupakan salah satu pengusaha kapal pinisi yang sukses dalam 10 tahun terakhir walau sempat jatuh bangun berulangkali.

Kesuksesan tersebut bukan isapan jempol belaka, hal ini terlihat dari hasil karyanya yang sudah membuat sekitar 30 kapal wisata selama usaha tersebut dugelutinya. Pria kelahiran Makassar, 7 Juli 1967 tersebut turut mewarnai pembangunan pariwisata di daerah yang termasuk dalam tujuh keajaiban dunia tersebut.

Bagaimana dan apa saja yang dilakukanya?
Ikuti wawancara Wartawan Pos Kupang, Servatinus Mammilianus dengan Haji Andi Baso di dalam kapal pinisinya, Kamis (14/2/2019) di Pelabuhan Labuan Bajo.

Bagaimana awal mulanya sehingga Anda kini total berusaha dalam pembuatan kapal?
Saya awalnya bekerja sebagai tukang kapal pinisi seperti bapak saya. Sejak SD saya sering ikut bapak menjadi tukang kapal sampai ke Kalimantan dan Sumbawa sekitar tahun 1978. Itu yang membuat sekolah saya lama saat SD. Karena kalau ikut dengan bapa, satu sampai dua tahun baru pulang ke kampung, lalu lanjutkan sekolah.

Sejak kapan Anda berusaha secara mandiri tanpa bergantung pada orangtua?
Yah, sejak sekitar tahun 1990-an saya mulai berusaha secara mandiri menjadi tukang kapal. Membuat kapal, memperbaiki kapal atau renovasi sehingga hampir semua kota di Indonesia saya pergi sesuai dengan tempat perbaikan kapal tersebut.

Daerah manakah yang paling lama Anda bekerja sebagai tukang kapal?
Saya paling lama di Kalimantan karena di sana banyak kayu untuk kerja kapal. Saat itu belum ketat untuk mendapatkan kayu. Saya terakhir di sana sekitar tahun 1987.

Dicampakkan Inter Milan, Mauro Icardi Segera Hijrah ke Juventus

Lalu, kapan Anda mulai membuka usaha di Labuan Bajo?
Saya ke Labuan Bajo pada tahun 1989. Sampai di sini saya jual konveksi dan jual beli hasil laut. Saat itu Komodo mulai dikenal, turis-turis mulai berdatangan. Lalu saya mulai terinspirasi untuk kembali ke profesi lama saya, tetapi bukan tukang perbaiki kapal. Melainkan membangun kapal sendiri.

Bagaimana Anda memulai membuat kapal pinisi di Labuan Bajo?
Tahun 2009 saya mulai bangun kapal pinisi. Bodi kapal saya buat di Makassar lalu dibawa ke Labuan Bajo untuk disempurnakan, seperti pembuatan kabinnya. Selesai pembuatan pada awal tahun 2010. Waktu itu kapal yang sudah saya buat tidak langsung dijual. Saya sendiri coba pakai di perairan Labuan Bajo. Setelah dua kali trip, ada tamu yang tertarik membeli kapal tersebut. Saya pun menjualnya.

Sudah berapa banyak kapal yang Anda buat sejak saat itu sampai sekarang?
Saya sudah membuat sekitar 30 unit kapal dan paling banyak kapal pinisi untuk digunakan sebagai kapal wisata. Karena, ada juga kapal biasa yang tanpa tiang dan tanpa layar.

Berapa orang karyawan yang Anda pekerjakan dalam pembuatan kapal?
Saya mempekerjakan karyawan sebanyak 30 sampai 40 orang. Kebanyakan mereka tinggal di Labuan Bajo dan masih hubungan keluarga.

Berapa harga kapal yang selama ini Anda jual?
Bervariasi antara Rp 500 juta sampai Rp 3 miliar satu kapal. Pembelinya kebanyakan bule, ada yang dibawa ke Alor dan beberapa tempat lainnya di Indonesia. Kapal pertama dulu dibeli oleh bule dari Perancis, namanya Mister Serdik. Dia bawa kapal itu ke Alor.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved