LIVE STREAMING: Diterjang Gelombang, Pantai Warna Warni Oesapa Kupang yang Gemerlap Kini Sepi
Wajah Pantai Warna Oesapa Kupang, Kamis (24/1/2019) malam, masih menakutkan usai diterjang gelombang deras
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Dentuman musik meriah nan ramai tak lagi terdengar, berganti gemuruh ombak yang menakutkan. Daun-daun lontar yang lebar masih bernyanyi riuh bersama angin kencang dan hujan yang datang Pantai Warna Oesapa tanpa permisi.
Malam yang gemerlap dengan lampu warna-warni, hingar-bingar musik dan nyanyian serta tawa riang para pencari senang kini membisu. Tak ada lagi, di sana, orang-orang meneguk minuman, duduk bernyanyi bersama, pelayan-pelayan cantik mondar-mandir membawa dulang. Pantai Warna Oesapa
Wajah Pantai Warna Oesapa Kupang, Kamis (24/1/2019) malam, masih menakutkan usai diterjang gelombang deras Rabu (23/1/2019) malam. Siang tadi puluhan warga mendatangi Pantai Warna, mereka kebanyakan, pengais rejeki di Pantai itu.
• BREAKING NEWS: Gedung SMAN 3 Takari Roboh, Kepsek Liburkan Siswa Tanpa Batas Waktu
• BREAKING NEWS: 11 Rumah Warga Palakahembi dan Kadumbul Sumba Timur Rusak, Tiga Korban Mengungsi
Ribka Octavianus, perempuan paruh abad tampak lesu memandangi puing-puing bangunan Kafe J 20. Kafe itu miliknya, dibangun dengan airmata dan keringat. Dua tahun berdiri, sekejap tersungkur rata pasir.
Ia berjalan pelan di antara puing-puing Kafe, sesaat ia berhenti dan menarik nafas panjang. Beberapa pria tidak jauh dari Ribka sibuk memungut reruntuhan Kafe dan Stan. Semua tampak lesu. "Saya tidak pernah menyangka dalam sekejap Kafe J 20 tidak ada lagi. Memang alam tidak bisa dilawan," ungkap Ribka terbata-bata.
Sedikit menyembunyikan rasa sedihnya, Ribka pelan-pelan bercerita, sejak kemarin siang sudah nampak tanda-tanda terjadinya gelombang deras. Hujan lebat dan angin kencang datang tiba-tiba dan membuatnya takut.
Sorenya, Ribka mengemas barang-barang. Tidak semua, hanya beberapa yang gampang dibawa. Berbagai fasilitas lain, seperti meja, kursi, dan lain-lain ditinggalkan.
Puncaknya, malam, sekitar pukul 22.00 para penjual dan pengunjung berhamburan meninggalkan Pantai saat ombak mulai menerjang.
Sesaat kemudian semua Kafe-kafe dan Stan di pesisir Pantai luluhlantah. Tidak hanya itu, sejumlah perahu tenggelam dan yang lainnya terhempas hingga ke pinggir Pantai. Ribka hanya diam, menyaksikan kejadian itu dari jauh.
"Seperti itulah kejadian semalam. Mau bagaimana lagi, saya bersama keluarga harus merintis usaha dari awal lagi," ujar Ribka.
Seorang pria tua, Daniel Henuk tampak emosional saat dirinya menyaksikan dari dekat puing-puing bangunan Kafe miliknya. Raut wajahnya tampak gelisah juga sedih. Ia menunduk perlahan lalu menyentuh puing bangunan. "Sulit dipercaya kejadian semalam begitu cepat. Mau tak mau saya harus terima kenyataan ini," ungkap Daniel.
Kata Daniel, gelombang ganas di Pantai Warna Oespa Kupang baru kali ini terjadi. "Saya tidak bisa memastikan kapan saya akan kembali merintis usaha saya di Pantai ini," ungkap Daniel.
Ia menjelaskan, tingginya hempasan gelombang yang menerjang Pantai Warna Oesapa bisa mencapai 5 sampai 6 meter, karena melampaui bangunan Kafe dan sejumlah tiang yang ditanam di pinggir Pantai yang tingginya mencapai 4 sampai 5 meter.
Salomo seorang penjaga Kafe, tak banyak bicara saat diwawancarai Pos Kupang. Ia hanya mengatakan ia detik-detik kejadian ia huru-hara mengemas barang dan keluar dari Pantai. "Waktu itu saya panik. Apa yang bisa saya bawa, saya bawa," ungkapnya.