Ragukan Informasi Puluhan Sapi Mati Akibat Penyakit Ngorok, Ini Kata Kadis Peternakan TTS
cara berternak sapi yang masih menggunakan metode sapi padang menyulitkan petugas lapangan untuk memberikan vaksin.
Penulis: Dion Kota | Editor: Fredrikus Royanto Bau
Laporan Reporter Pos Kupang.Com, Dion Kota
POS KUPANG.COM|SOE – Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten TTS, Benyamin Billy meragukan kebenaran informasi terkait matinya puluhan ekor sapi milik warga akibat penyakit ngorok.
Dia mengatakan itu saat dikonfirmasi Pos Kupang.com di ruang kerjanya, Jumat (9/3/2018) terkait serangan penyakit sapi ngorok di desa Tobu dan Tutem, Kecamatan Tobu.
Pasalnya, saat ini setiap desa di Kecamatan Tobu telah memiliki satu orang petugas pembantu peternakan mandiri ( P3M) yang berasal dari desa masing-masing.
Dirinya mengaku, belum lama ini masih melakukan komunikasi dengan dokter hewan yang bertugas di pusat kesehatan hewan Tobu dan tidak mendapatkan laporan serangan penyakit sapi ngorok.
Baca: Meski Dipasangi 20 Unit Lampu Jalan, Begini Kondisi Penerangan Menuju Kantor Bupati Manggarai Timur
Tidak hanya itu, dirinya mengaku hingga saat ini belum mendapat laporan baik dari pemerintah desa maupun petugas peternakan di lapangan terkait adanya puluhan sapi yang mati akibat penyakit sapi ngorok.
Informasi terkait serangan penyakit sapi ngorok di tobu dan Tutem didapatkannya dari Calon Bupati TTS, Epy Tahun beberapa waktu lalu.
Usai mendapatkan informasi tersebut, dirinya langsung membentuk tim yang diterjunkan langsung ke desa Tutem dan Tobu.
"Ini masih bersifat informasi. Untuk kepastian kebenaran informasi tersebut kita telah mengirim tim ke desa tobu dan tutem.
Baca: MANTAP! Irigasi Wae Bobo Segera Dibangun, Masyarakat Diminta Masukan Setelah Studi Kelayakan
Tim ini bertugas untuk mengecek kebenaran serangan penyakit sapi ngorok, mendata jumlah sapi yang mati, memberikan pengobatan kepada sapi yang sakit dan memberikan vaksin.
Saya belum bisa berkomentar lebih banyak karena tim masih bekerja di lapangan," ungkap Benyamin.
Ia mengaku, setiap tahun Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan selalu memberikan vaksin kepada sapi-sapi milik para peternak.
Namun selama ini, cara berternak sapi yang masih menggunakan metode sapi padang menyulitkan petugas lapangan untuk mengumpulkan sapi agar diberikan vaksin.