Bunuh Diri di Jembatan Liliba: Begini Sosok Nyoman Bayu Dirga Di Mata Keluarga

Bayu lahir dan besar di Kupang. Ia menamatkan SD, SMP dan SMA di Kupang. Bayu sudah menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Bali.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Alfons Nedabang
POS KUPANG/GORDI DONOFAN
Kerabat kenalan mengantar jenazah Nyoman Bayu Dirga di terminal kargo Bandara El Tari Kupang, Selasa (30/1/2018) siang. Jenazah Bayu dibawa ke Bali. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Sosok almarhum Nyoman Bayu Dirga dimata keluarga merupakan anak yang sopan, pintar, cerdas serta periang.

Perwakilan keluarga, Nyoman Murdita, mengaku keluarga kaget mendengar kabar Bayu Dirga bunuh diri.

"Saya kan kebetulan sepupu dengan bapanya Bayu. Kami dapat info itu jam tiga pagi (03.00 Wita) dari Bapa kebetulan ditelepon suruh saya ke Jembatan Liliba karena disana korban si Bayu ini katanya ada jatuh," tutur Murdita saat ditemui di terminal Kargo El Tari Kupang, Selasa 30/1/2018).

Menurut Mudirta, Bayu orangnya baik, pendiam.

Bayu lahir dan besar di Kupang. Ia menamatkan SD, SMP dan SMA di Kupang. Bayu sudah menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Bali.

"Dia tamat SMA Negeri 1 dan kuliahnya di Bali. Setelah tamat SMA mengikuti kakaknya kuliah di Bali," ujar Mudirta.

"Dia sudah wisuda, sudah sempat kerja juga. Wisudanya kalau nggak salah tahun lalu. Karena pas kerja itu mungkin nggak tahu ya sakitnya apa, mungkin nggak sanggup lagi kerja, pikirannya mungkin berhalusinasi tinggi makanya dibawalah ke sini, kan orang tuanya di Kupang semua."

Mudirta mengatakan, kalau firasat atau mimpi buruk sebelum kejadian tidak ada.

"Dia ini setelah datang dari Bali kondisinya kurang sehat, istilahnya sakitlah. Sakitnya mungkin nggak tenang, pikiran. Nggak tahu pikiran apa. Keinginannya istilahnya mau mengakhiri hidup begitulah," ungkap Murdita.

Menurutnya pihak keluarga selama Bayu sudah berusaha untuk menyembuhkan.

Namun tidak ada tanda-tanda mau sembuh.

"Tapi segala cara sudah dilakukan keluarga, apapun intinya gimana caranya yang penting sembuh. Ke Kupang tahun lalu, dengan harapan berobat di Kupang," ujarnya.

Mudirta menuturkan, malam waktu kejadian ayah Bayu menelepon keluarga bahwa Bayu tidak ada di rumah dan sudah lompat dari jembatan Liliba.

"Saya dengar cerita dari bapak almarhum biasanya Bayu tidur begitu, karena mungkin gelisah, dikasih obat tidurlah. Sekitar jam setengah satu atau jam satu bapak dan ibunya sadar mau lihat si Bayu tapi di tempat tidur nggak ada. Lihat motor juga tidak ada. Akhirnya mereka kontak kami dan kami datang," kenang Murdita.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved