Dari Dialog Budaya Jelang HUT ke-10 Kabupaten Nagekeo, Bupati Elias: Ada Kemerosotan
Kemerosotan nilai budaya Nagekeo akibat masuknya budaya modern mulai mengkhawatirkan.
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Adiana Ahmad
POS-KUPANG.COM | NANGARORO - Kemerosotan nilai budaya Nagekeo akibat masuknya budaya modern mulai mengkhawatirkan.
Beberapa lembaga adat di daerah itu menghadapi tantangan yang cukup besar dalam mempertahankan eksistensi adat istiadat yang diwariskan leluhur di tengah kemajuan zaman dan masuknya nilai-nilai modern dan nilai agama ke dalam kehidupan masyarakat Nagekeo.
Sinyal itu disampaikan Bupati Nagekeo, Dra. Elias Djo pada Pembukaan Dialog Budaya dalam Rangka HUT ke-10 Kabupaten Nagekeo, di Nangaroro, Kamis (22/11/2017).
Dalam kegiatan yang menghadirkan tiga narasumber, Winibaldus Soba dari kalangan pemuda pemerhati budaya, Benediktus Toda, Pemerhati Budaya, Nagekeo, Pater Dr Philipus Tule,SVD, dari Perspektif Sastra dan Akademisi, Elias mengatakan, kemajuan teknologi perlahan menggerus sendi-sendi adat budaya bahkan mengabaikan tatanan moral dan etika di tengah masyarakat.
Kondisi ini diperparah oleh isu-isu tentang pembongkaran, pencurian, pemindahan benda cagar budaya, terkuburnya ritual adat, dan manipulasi struktur sosial masyarakat adat.
Elias menegaskan, persoalan tersebut menjadi ancaman serius kelestarian adat dan budaya di daerah itu dan ancaman serius kemerosotan, kepunahan, dan kehancuran warisan nilai dan budaya yang berdampak pada konflik hubungan antar dan inter komunitas masyarakat adat serta melemahnya laju pembangunan di setiap sektor.
"Ini tanggung kawab kita bersama dan kita tidak akan membiarkan kepunahan itu terjadi," kata Elias.
Karena itu, kata Elias, Pemda Nagekeo akan terus membenahi kampung-kampung adat dan melestarikan seni tradisional yang ada di Nagekeo.
"Pada tahun 2018, Pemda Nagekeo akan menata kampung adat di Keo Tengah yakni Kampung Wajo, Kampung Lodalima, Kampung Lewa dan kampung adat di Kecamatan Nangaroro yakni Kampung Ute dan Gezu.
Dalam upaya menyamakan persepsi tentang budaya Nagekeo, kata Elias, Pemda Nagekeo setiap tahun menjelang peringatan hari jadinya yang jatuh pada tanggal 8 Desember selalu menggelar dialog budaya.
Elias berharap melalui Dialog Budaya, masyarakat Nagekeo memiliki wawasan yang luas dan brilian dalam pelestarian budaya lokal sejalan dengan visi misi pemerintah saat ini, Terwujudnya Masyarakat Nagekeo yang Utuh, Sejahtera, Cerdas dan Sehat Berlandaskan Iman dan Budaya.
Di akhir sambutannya, Elias kembali menegaskan, pertama, tetap pertahanlan kebudayaan pada setiap lembaga adat di wilayah masing-masing dan wajib melestarikannya.
Kedua, memahami fungsi dan peran masyarakat adat sehingga dapat berjalan seimbang, teratur dan terarah selaras alam dan lingkungan.
Ketiga, beradab, berakhlak mulia, demi mengangkat harkat dan martabat diri, keluarga dan masyarakat.
Keempat, jadilah mosa gege mere, laki kago lewa, yang mengayomi dan melindungi seluruh masyarakat sesuai amanah dari leluhur.
Beberapa warga Nagekeo yang dimintai tanggapan tentang Dialog Budaya, mengapresiasi upaya Pemda Nagekeo melalui Dialog Budaya.
Namun mereka berharap dialog budaya yang dilaksanakan setiap tahun harus berujung pada penyelesaian berbagai konflik sosial di Nagekeo. (*)