Pengungsi Rokatenda Meletus Tidak Mau Pulang
Tiga ratusan pengungsi asal Desa Nitunglea, Kecamatan Palue, Pulau Palue, Kabupaten Sikka di Kelurahan Hewuli, Maumere menolak pulang

"Pengungsi tidak mau pulang. Warga mengharapkan kalau ada relokasi dari pemerintah mereka siap menempati wilayah baru," kata Maria Mikhaele Suryadi, salah seorang pengungsi kepada Pos Kupang di lokasi pengungsian Hewuli, Kota Maumere, Sabtu (17/11/2012).
Beberapa pengungsi lainnya, yakni Ancelino Wio, Teresia Todji, dan Yosephina Pali, membenarkan bahwa pengungsi masih menunggu sampai aktivitas Gunung Rokatenda reda sampai titik aman. Selain itu, kata mereka, pengungsi menunggu sampai hujan turun normal agar persediaan air banyak dan debu yang bersih dari rumah dan halaman mereka.
Suryadi menjelaskan, pada Jumat (16/11/2012) malam, kepala desa mendatangi lokasi pengungsian dan meminta masyarakat kembali ke desa mereka. Tetapi, semua pengungsi menolak karena merasa belum aman.
Teresia Todji dan Ancelino Wio mengatakan, masyarakat di desa itu tak bertahan lagi dengan kondisi saat ini. Masalah yang terjadi, ungkap keduanya, bukan ancaman dari erupsi gunung yang setiap hari mengeluarkan debu yang mengganggu aktivitas dan menutupi pemukiman dan lahan saja, tetapi masalah penting lainnya air bersih.
Di Nitunglea, jelas Teresia dan Ancelino, air sudah kering, stok di bak penampungan sudah habis. "Kami tak punya stok air lagi. Mau mandi, masak dan kebutuhan lain pakai apa? Kalau pulang pasti masak menggunakan air kelapa dan air pisang. Tapi pisang pun sudah terkena debu," kata Teresia dan Ancelino.
Teresia dan Ancelino menegaskan, saat ini mereka belum pulang ke Palue, karena khawatir menjadi korban erupsi dari gunung itu atau karena mati kelaparan.
Data yang dihimpun Pos Kupang di Pos Pelayanan Kesehatan di lokasi pengungsi, dalam seminggu terakhir banyak pengungsi yang menderita ISPA. Selain itu, ada yang terkena gatal-gatal dan diare.
Masalah pendidikan, Koordinator Tagana Kabupaten Sikka, Gordon Riba menjelaskan, 94 anak SD yang ditampung di lokasi pengungsian akan mengikuti pelajaran di SDK Hewuli. Anak-anak pengungsi, kata Gordon, akan menjalani pendidikan sore hari yang dimulai, Senin (19/11/2012).
Menyinggung jumlah pengungsi, Gordon menyebutkan, sampai hari Sabtu (17/11/2012), jumlah pengungsi terdiri dari 121 laki-laki, perempuan 178 orang, 17 bayi, 31 balita, 53 lansia, dua orang pelajar SMP dan 94 anak SD.
Menyinggung stok makanan, Gordon mengatakan, untuk saat ini mencukupi. Apalagi, dalam beberapa hari terakhir ini bantuan terus berdatangan dari berbagai lembaga, seperti dari STFK Ledalero, SMAK Bhaktiyarsa Maumere dan sumbangan lembaga maupun masyarakat lainnya. Bantuan yang ada berupa beras, telur, air mineral dan minyak goreng.
Informasi lain yang dihimpun dari Rudolfus Toka, salah seorang warga di Desa Nitunglea, menyebutkan, kondisi di desa itu semakin tak aman lagi. Gunung Rokatenda terus memuntahkan material dan debu beterbangan hingga ke laut. (oma/ris)