Bentrokan Adonara

Gubernur NTT: Pegang Sajam, Tangkap dan Tahan Mereka

Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, meminta aparat keamanan harus tegas menangani konflik warga Lewonara dan Lewobunga

Editor: Alfred Dama
zoom-inlihat foto Gubernur NTT: Pegang Sajam, Tangkap dan Tahan Mereka
POS KUPANG/SYARIFAH SIFAH
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya (kedua kanan belakang), didampingi Bupati dan Wakil Bupati Flotim, menjenguk pasien korban perang Lewobunga dan Lewonara di RSUD Larantuka, Rabu (14/11/2012) sore.
POS KUPANG.COM, LARANTUKA -- Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, meminta aparat keamanan harus tegas menangani konflik warga Lewonara dan Lewobunga. Jika ada warga dua desa yang memegang senjata tajam (Sajam), tangkap dan tahan mereka.

"Aparat keamanan saya minta tegas untuk menangani masalah ini. Saya ikuti Pak Kapolda langsung turun lapangan dan mengumpulkan senjata rakitan yang ada di tangan warga. Bahkan ada warga yang memegang senjata itu ditahan. Saya minta harus tegas seperti itu," tandas  Frans saat menjenguk pasien korban perang tanding antara warga Lewonara dan Lewobunga di Kecamatan Adonara Timur, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Larantuka, Rabu (14/11/2012).

Gubernur Frans saat berkunjung ke RSUD Larantuka didampingi Bupati Flotim, Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos; Wakil Bupati, Valentinus Sama Tukan; Sekda Flotim Anton Tonce Matutina; para asisten, Abdul Razak Jakra, Petrus Pemang Liku dan pejabat dari propinsi serta kabupaten.  Kunjungan yang sama juga dilakukan Wakil Ketua DPRD Flotim, Theodorus M Wungubelen dan anggota DPRD Kabupaten Flotim lainnya.

Sehari sebelumnya, Bupati dan Wakil Bupati Flotim juga melakukan kunjungan yang sama. Mereka memberikan peneguhan kepada 14 orang korban luka berat dan luka ringan akibat perang tanding tersebut.

Gubernur Frans menyerukan kepada semua pihak agar  menahan diri dan memberikan dukungan moril kepada warga yang bersengketa untuk menghentikan perang. Dan, mendukung pemerintah yang sedang berusaha melakukan upaya penyelesaian konflik antara kedua warga.

"Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Semua bisa kita lakukan asalkan dengan kepala dingin. Karena itu, saya minta semua pihak menahan diri dan mendukung upaya pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini. Tim sembilan sedang bekerja dan kita berikan kesempatan kepada tim ini untuk bekerja secara baik menghimpun data hingga mengolahnya. Pekerjaan ini membutuhkan waktu karena itu sulit kita memintanya secara cepat. Mestinya jika tidak terjadi paha kemaha atau penetapan tapal batas, maka segera ditemukan solusinya. Namun dengan  kejadian seperti ini, biarkan kita cooling down dulu," kata Frans.

Gubernur mengatakan, kedatangannya pada  Rabu (14/11/2012) merupakan yang ketiga kalinya untuk menyelesaikan  konflik tanah di Lewonara dan Lewobunga. Ia berharap ini merupakan kedatangannya yang terakhir.  "Saya harap kedatangan saya yang ketiga kali ini merupakan yang terakhir untuk menyelesaikan masalah ini. Jangan lagi ada perang. Kerja aparat keamanan harus lebih jelas dan tegas," tandas Frans. (iva)


Rabu Pagi Perang Lagi di Adonara

POS KUPANG.COM, LARANTUKA -- Hari  kedua, Rabu (14/11/2012),  sekitar pukul 06.00 Wita, perang antara warga Lewonara dan Lewobunga berlanjut pasca penetapan paha kemaha atau tapal batas oleh warga Lewonara, Selasa (13/11/2012) pagi. Akibatnya, lima korban luka-luka dari pihak  Lewonara dan satu diantaranya anggota Brimobda NTT.  Sementara pihak Lewobunga belum diketahui.

Perang tanding hari kedua berlangsung pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Warga Lewobunga bergerak masuk wilayah konflik di Dusun Bele dan melakukan penembakan menggunakan senjata rakitan dan jenis senjata tajam lainnya. Warga Bele yang masuk dalam sekutunya Lewonara melakukan penembakan balasan. Maka terjadilah bentrokan dan mengakibatkan empat orang korban dari pihak Lewonara dilarikan Puskesmas Waiwerang dan RSUD  Larantuka, sedangkan satu orang dari anggota Brimobda NTT terkena luka senpira.

Ama  (55), warga Lewonara, salah satu korban yang dirawat di RSUD Larantuka mengatakan, luka di tangannya terkena senjata rakitan. "Kami melakukan perlawanan karena kami diserang. Pagi-pagi pada  hari kedua, kami jaga-jaga dan tiba-tiba datang serangan. Karena itu kami serang balik," tutur Ama.

Pantauan Pos Kupang di RSUD Larantuka, korban luka ringan dan berat umumnya berangsur pulih. Sedangkan tiga orang dirujuk ke RSUD TC Hillers Maumere di Kabupaten Sikka.  Tiga  korban yang dirujuk, yakni  Frans Uma Daton (46) luka panah pada lengan kiri tembus dada, Anwar Wahid (31) luka di bagian leher dan Simon Sabon (64) luka tembak di hidung sebelah kiri. "Ketiganya terpaksa dirujuk ke Maumere karena kami belum memiliki peralatan lengkap," kata salah seorang perawat yang enggan menyebutkan namanya.

Kapolres Flotim, AKBP Wahyu Prihatmaka, S.H,  dihubungi ke telepon selularnya, Kamis (15/11/2012) mengatakan, hari kedua perang tercatat empat orang korban dari pihak Lewonara.

Sementara pihak Lewobunga tidak ada, termasuk anggota Brimobda NTT. "Hari kedua perang lagi pagi harinya, tapi sore harinya hingga Kamis (15/11/2012) tidak ada perang. Korbannya dari Lewonara empat orang, Lewobunga tidak ada, termasuk anggota Brimobda juga tidak ada," Wahyu.

Saat perang hari pertama 19 orang korban luka berat dan ringan. Satu meninggal dunia. Dari 19 orang itu, 14 warga Lewonara  dirawat di Puskesmas Waiwerang dan RSUD Larantuka dan lima warga Lewobunga dirawat di Puskesmas Witihama dan satu di antaranya ke RSUD Lewoleba-Lembata. (iva)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved