Uskup Ruteng: Saya Heran Pemimpin Takut Masyarakatnya
Misa puncak perayaan Yubileum 100 Tahun Gereja Katolik Manggarai di Lapangan Motang Rua-Ruteng, Minggu (21/10/2012)
Dalam khotbahnya, Uksup Hubert mengaku heran sikap pemimpin saat ini yang terkadang takut menghadapi masyarakatnya sendiri.
"Saya heran mengapa pemimpin takut terhadap masyarakatnya sendiri," kata Uskup Hubert.
Uskup Hubert juga menyerukan pentingnya keluar dari rasa nyaman yang dialami oleh diri sendiri dan merasakan kebersamaan dengan sesama atau orang lain dalam berbagai keterbatasan. "Para misionaris dulu rela meninggalkan keluarga dan daerah mereka yang maju. Mereka menyatu dengan lingkungan kita yang penuh kekurangan dan keterbatasan.
Meninggalkan wilayahnya yang nyaman. Hendaknya kita sebagai pemimpin dan penguasa untuk turun ke bawah menjumpai saudara-saudara kita pada akar rumput dengan persoalan dan keterbatasannya. Tidak hanya menemui mereka, tetapi kita harus mampu meninggalkan wilayah yang nyaman bagi diri kita. Kita merekam langsung harapan dan kebutuhan sesama. Kita harus mampu berada bersama mereka dan bekerja bersama mereka. Bercanda dan berdialog dengan mereka. Sehingga mereka tidak takut dengan kita," seru Uskup Hubert.
Dalam sambutan usai misa, Uskup Hubert mengatakan, Agama Katolik di Keuskupan Ruteng telah menyatu dengan budaya Manggarai.
"Sekarang jumlah umat Katolik di Keuskupan Ruteng 750.219 orang dari jumlah penduduk Manggarai 853.937 orang. Merupakan keuskupan terbesar di Indonesia dari segi jumlah umat. Agama Katolik telah menyatu dengan budaya umat Katolik. Buahnya menyebar, bukan cuma di sini, tapi di seluruh jagat. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Telah go internasional. Ada 52 tarekat yang berkarya di wilayah Keuskupan Ruteng. Dari dua seminari tinggi, yaitu Ledalero dan Ritapiret, SVD dan Projo, telah menghasilkan 811 imam. Dari jumlah itu, 442 orang imam bekerja di 46 negara di dunia. Dari Manggarai ada 157 misionaris SVD di dalam negeri dan 93 orang di luar negeri, yaitu di 34 negara. Itu baru satu kongregasi. "Pantaslah bila keuskupan ini dinamakan serambi Roma," ujarnya.
Uskup menjelaskan, awal perkembangan Gereja Katolik ditandai pembaptisan lima orang umat di Reo tanggal 17 Oktober 1912.
Para misionaris pertama yang berkarya di Keuskupan Ruteng, antara lain dari Portugis, Spanyol, Jerman, Belanda dan Amerika. Sedangkan dari dalam negeri, yaitu dari Manado (Sulawesi Utara), Larantuka (Flores Timur) dan Maumere (Sikka).
Uskup Hubert juga meminta Pemerintah Kabupaten Manggarai untuk memperhatikan lahan persawahan Lembor, karena para misionaris pertama terlibat dalam mencetak persawahan itu. "Terima kasih kepada saudara-saudara dari agama lain. Mulai dari pemimpinnya sampai jemaatnya. Para donatur, lembaga, komunitas dan grup, serta keluarga besar TNI dan Polri serta Pol PP," kata Uskup Hubertus.
Hadir dalam misa ini Duta Vatikan Mgr. Antonio Filipazzi; Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Mgr. Situmorang; dan 11 orang uskup, serta sekitar 250 orang imam, biarawan dan biarawati. Selain itu, ribuan umat dari tiga kabupaten di Manggarai dan berbagai daerah di Flores serta dari luar Flores, memenuhi lapangan acara.
Mewakili pemerintah pusat Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Kesehatan, dr. Nafsiah Mboi, serta Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama, Semara Duran Antonius. (ser)