Wisata NTT

Wisata NTT, Rasakan Nikmati Kopi Cap Bana,  Kopi Khas Lembata

Flores NTT merupakan surga bagi penikmati kopi. Setelah ada kopi Bajawa , Kpo Flores dan Koi Manggarai

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
(KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS)
Kopi bubuk Cap Bana di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT 

POS KUPANG.COM -- Flores NTT merupakan surga bagi penikmati kopi. Setelah ada kopi Bajawa , Kpo Flores dan Koi Manggarai kini ada juga Kopi Bana Khas Lembata .

Nama kopi khas Lembata itu adalah "Cap Bana". Kopi Robusta Cap Bana itu diracik seorang pengusaha kopi di kota Lewoleba bernama Dominikus Demon. 

Dominikus meracik kopi bubuk Cap Bana itu karena ingin membantu para petani kopi di Kabupaten Lembata

Dominikus mengatakan, kopi bubuk Cap Bana diracik dari kopi Robusta milik petani desa Baolangu, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata. Ia memanfaatkan kopi Robusta milik petani Desa Baolangu sebagai penyuplai utama untuk kopi bubuk Cap Bana. 

“Petani menyiapkan biji kopi dan kami membelinya. Kami meracik kopi ini karena ingin membantu petani kopi desa Baolangu," kata laki-laki yang biasa disapa Domi kepada Kompas.com. 

Menurut Domi, kopi bubuk Cap Bana itu termasuk kopi robusta, bijinya lebih kecil. Beda dengan kopi Manggarai yang termasuk kopi arabika yang ukurannya lebih besar dengan rasa yang lebih keras. 

Jenis kopi memang lebih banyak diminati masyarakat umum. Sulit Meraih Target Pertumbuhan Ekonomi Sekaligus Menghadapi Risiko Kebijakan 

Ia menungkapkan, saat ini, kopi bubuk Cap Bana masih terkendala pada kemasan. Kemasannya masih sangat sederhana, tetapi tetap digemari para penikmat kopi. 

Baca juga: Wisata NTT, Pesona Pantai Wade, Mutiara Tersembuyi  di Lebatukan Kabupaten Lembata, NTT

“Pelanggan-pelanggan kami sekarang yang selalu membeli kopi ini, yaitu dari Hotel New Annisa, Hotel Lembata Indah, Palm Indah Hotel, toko Bangun Jaya, toko YT Lewoleba, dan homestay Toni Labuan," ungkapnya. 

Domi menuturkan, kopi bubuk Cap Bana itu diracik dalam tiga varian produk yaitu rasa kopi murni, gingseng, dan jahe. 

"Saat ini saya dan istri sedang berusaha mengembangkan branding dan kemasan kopi bubuk Cap Bana yang lebih baik," turturnya. 

Domi mengatakan, dirinya berusaha menonjolkan kopi sebagai minum yang baik untuk kesehatan. 

Ia berusaha mengubah persepsi masyarakat, dari kopi penyebab masalah kesehatan menjadi minuman yang baik bagi kesehatan tubuh. 

“Kopi mempunyai image yang kurang bagus. Orang melihat kalau minum kopi itu bisa sakit, teapi ternyata ada manfaatnya,” kata Domi. 

Untuk mewujudkan usaha itu, Domi dan istri berupaya sebisa mungkin meminimalisir kelemahan kopi dengan melakukan penyortiran dengan baik. 

Menurutnya, ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengubah pola pikir masyarakat yaitu dengan memenuhi standar produksi kopi dari hulu ke hilir. 

“Mulai dari tempat budidayanya, kapan masa panen yang baik. Dari hilirnya itu juga kita harus sortir lagi biji-biji pilihan dan tidak rusak. Lalu, kita proses sesuai dengan standar pengolahan yang layak,” kata Domi. 

Menurut Domi, kenikmatan kopi tergantung bagaimana cara memproduksi dan meraciknya. "Semuanya tergantung tangan-tangan yang meracik menjadi biji kopi menjadi minuman yang bercita rasa tinggi bagi para penikmat kopi," ungkap Domi. 

Cerita Awal Meracik Kopi Bubuk Cap Bana 
Domi menceritakan, pada tahun 2015 dirinya bersama istri, Fransiska Tuto mulai merintis usaha kopi di bawah label 'Kopi Bubuk Cap Bana'. 

Mulai saat itulah ia mulai berpikir untuk mengubah kesan kopi Bana menjadi kopi khas Kabupaten Lembata

Sehingga kopi Bana bisa dikenal dikenal dunia luar. "Itulah ide dasar yang terpatri dalam isi kepalanya saya. Maka lahirlah kopi bubuk Cap Bana ini," ungkap Domi. 

Baca juga: Di Balik Pergantian Kepemimpinan MUI yang Berlangsung Sejuk dan Damai Berangkat dari kisah keluarga yang sejak dulu merupakan peracik kopi. 

Dari pengalaman itu ia menemukan inspisari untuk meracik kopi bubuk Cap Bana hingga saat ini. Ia mengisahkan nama Bana terinspirasi dari Festival Kopi Flores tahun 2014.

 Domi melihat, satu di antara anggota keluarganya ada peracik kopi yang rasanya nikmat dan enak. 

“Dari racikan mama kecil, saya coba bawa ke BPOM dan dinyatakan memenuhi syarat edar. 

Dan keluarlah izin balai POM itu. Jadi Bana itu nama mama kecil saya,” ungkap Domi penuh haru. 

Ia menerangkan, branding kopi Bana ini merupakan bentuk penghormatan Dominikus terhadap mmama kecilnya, Bana Lele. 

“Mama Bana ini masih ada. Atas seizin mama Bana kami mengabadikan namanya untuk produk kopi ini,” terangnya. Ia mengatakan, saat ini per hari kopi bubuk Cap Bana bisa terjual 10-15 kilogram. Kopi bubuk Cap Bana dijual seharga Rp 100.000 per kilogram. 

Dan bisa beli setengah kilogram dengan harga Rp 50.000. Baca juga: KPK Jawab soal Perintah Hakim Hadirkan Bobby Nasution di Sidang Lihat 

Bagi kamu penikmat kopi yang hendak berkunjung ke Kabupaten Lembata, disarankan agar menikmati seduhan kopi bubuk Cap Bana, hasil racikan Dominikus Demon dan istrinya Fransiska Tuto. 

Baca juga: Wisata NTT, Pesona Pantai Hia, Pantai pasir Putih  di Desa Wisata Lewomada Sikka NTT

Kopi bubuk Cap Bana juga bisa jadi oleh-oleh khas yang tak boleh terlewatkan saat pulang berlibur dari Kabupaten Lembata. Nikmatnya kopi bubuk Cap Bana itu tak perlu diragukan lagi. Sebagian besar penduduk Lembata menggemari kopi bubuk ini bahkan sudah banyak hotel menjadi pelanggan tetap. 

Bagi kamu yang pingin coba menyeruput kopi bubuk Cap Bana itu, silahkan datang langsung di Jalan Solavide, Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. (Kompas.com/*)

baca artikel lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved