Wisata NTT

Wisata NTT, Melihat Situs Benteng Ranu Hitu-Makes ,  Jejak Masa Lalu Perang Tradisional di Belu NTT

Kabupayen Belu tidak hanya memiliki alam yang indah, Kabupaten di Perbatasan negara Indonesia

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
TRIBUNFLORES.COM/DISPAREKRAF NTT
SITUS SEJARAH- Situs Benteng Ranu Hitu/Makes merupakan banteng perang tradisonal yang terletak di pedalaman Timor. Benteng ini ada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Desa Dirun, Kecamatan Lakmanen, Kabupaten Belu, NTT. 

POS KUPANG.COM -- Kabupayen Belu tidak hanya memiliki alam yang indah, Kabupaten di Perbatasan negara Indonesia dengan Timor Leste itu juga menyimpan jejak sejarah  masa lalu.

Seperti perang dan kerajaan di Pedalam Timor. Salah satu jejak berupa Benteng Pertahanan bernama Benteng Ranu Hitu/Makes 

Dan, Benteng Ranu Hitu/Makes merupakan banteng perang tradisonal yang terletak di pedalaman Timor.

Benteng ini ada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Desa Dirun, Kecamatan Lakmanen, Kabupaten Belu menjadi tujuan destinasi wisata.

Dilansir dari situs resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id menjelaskan, tidak ada data-data tertulis mengenai Situs Benteng Ranu HItu/Makes, data sejarah mengenai benteng ini lebih banyak didapatkan melalui cerita dari tetua adat (makoan) seorang penutur.

Cerita mengenai Situs Benteng Ranu Hitu/Makes ini berkembang dan berlanjut dengan budaya lisan dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya.

Baca juga: Padang Sabana Fulan Fehan di NTT, Permadani Hijau di Tapal Batas Indonesia-Timor Leste

Benteng Ranu Hitu atau yang biasa dikenal orang-orang lokal sebagai Benteng Lapis 7, karena berada di atas bukit Makes maka benteng ini juga sering disebut dengan Benteng Makes.

Benteng ini adalah benteng utama Kerajaan Dirun pada waktu itu, benteng perang tradisional di pedalaman yang pada saat itu di Timor masih sering terjadi perang antar suku.

Menurut cerita masyarakat setempat Benteng Ranu Hitu/Makes sudah ada sebelum penguasaan Portugis dan beberapa kali berpindah tangan sampai akhirnya dijaga oleh 3 pahlawan lokal dai 3 suku lokal yaitu suku Loos, suku Sri Gatal, dan suku Monesogo.

Baca juga: Wisata NTT,  Pesona Gunung Lakaan Kebanggan Warga Belu, Tempat Pendakian dan Ziarah Rohani

Benteng ini dulu merupakan tempat para pahlawan, atau yang biasa di sebut Meo. Di benteng ini biasanya mereka mengatur strategi atau bahkan melakukan tes kekebalan tubuh dengan cara memotong-motong tubuh mereka sendiri untuk membuktikan apakah tubuh mereka bisa kembali menjadi utuh sebelum maju ke medan perang.

Di benteng ini terdiri dari 7 lapis pertahanan yang dimulai dari awal pintu masuk hingga akhirnya ke lapisan terakhir dimana terdapat sebuah area bulat dari batu membentuk sebuah tempat pertemuan, tempat dimana raja-raja waktu dulu berkumpul.

Susunan bangku ruang pertemuan dari batu tersebut masih terlihat asli dan alami, terdiri dari batu-batu alam pipih yang disusun sedemikian rupa dan melingkar (tata batu melingkar).

Terdapat dua buah pintu sebagai akses keluar masuk, diatas susunan benteng terdapat 10 buah batu tegak (menhi) yang ditempatkan melingkar sesuai dengan struktur benteng.

Di tengah tempat pertemuan terdapat dua buah batu besar dan kecil yang konon dulu dipergunakan untuk menaruh kepala musuh mereka. Salah satu bangku batu terlihat spesial dari yang lainnya karena memiliki singasana batu yang lebih tinggi.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved