Breaking News

Wisata NTT

Wisata NTT,  Mengenal Tinju Adat Etu di Nagekeo NTT, Adu Nyali Pria Petarung di Nagekeo

Kabupaten nagekeo ta sekedar memiliki alam yang indah. Ada sejumlah tradiri dan budata daerah ini begitu unik

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
TRIBUNFLORES.COM/HO-PARIWISATA NAGEKEO
Etu, tinju adat di Kabupaten Nagekeo 

POS KUPANG.COM -- Kabupaten nagekeo ta sekedar memiliki alam yang indah. Ada sejumlah tradiri dan budata daerah ini begitu unik .

Salah satu adalah  Tinju Adat Etu . Selain ritual ada, tinju adat ini juga merupakan ajang adu nyali antar pemuda desa .

dan, Etu merupakan tinju adat warisan budaya masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali dilaksanakan pada 5 Juni 2025 di Kampung Adat Boawae.

Tinju adat ini biasanya dilakukan pada bulan tertentu yang telah ditentukan oleh tuat adat pada masing-masing kampung adat di Nagekeo

Atraksi budaya ini  salah satu rangkaian acara adat masyarakat untuk memeringati hari menanam hingga panen kebun.

Dilansir dari laman resmi pariwisata.nagekeokab.go.id menjelaskan, tradisi ini dilakukan turun temurun simbol pengorbanan dan kesuburan. 

Ritual ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan, memupuk konsistensi, dan menghargai satu sama lain untuk membentuk karakter yang baik.

Etu biasanya dilaksanakan di tempat terbuka dan dihadiri oleh orang-orang dari berbagai kampung. Petarung biasanya berasal dari berbagai kampung dan memiliki usia serta kemampuan fisik yang sebanding. 

Ritual ini seringkali diikuti oleh anak muda yang mencari jati diri. Biasanya, seorang petarung, sebelum memulai ritual Etu, harus memohon pertolongan Tuhan dan leluhur.

Tinju adat ini sangat unik karena petarung tidak menggunkan sarung tinju maupun pengaman tinju biasanya. Namun, setiap petarung wajib mengenakan kain tenun setempat saat bertarung.

Peralatan yang digunakan kedua petarung terbuat dari pintalan ijuk, sabut kelapa, ujung tanduk rusa serta tulang daun dari pohon aren. Kedua petarung wajib mengenakan kain tenun adat arena/loka etu sesuai masing- masing wilayah fungsionaris Adat.

Dalam arena tinju dipimpin oleh satu wasit sekaligus seka atau melerai serta Sike sebagai pengendali personal petinju atau memacu petinju maju menyerang atau mundur menghindari serangaa.

Ketika para petarun mengalami luka atau cedera kena pukulan tinju maka selesai bertinju para petarung diolesi ludah dalam sebuah ritual oleh tetua adat atau yang lebih dikenal dengan istilah Nete. Luka akan sembuh mengering dengan sendirinya.

Adapun jadwal pelaksanaan Etu biasanya berbeda-beda di beberapa tempat.  Ada 31 lokasi Etu atau arena tinju adat di Nagekeo.

Di Kampung Ngegedhawe, Desa Ngegedhawe misalnya terjadi di setiap tanggal 10 Juli, sementara Suku Nataia di Desa Olaia biasanya rutin melaksanakan ritual ini setiap tanggal 10 sampai dengan 13 Juli.

Kampung Adat Gero dan Desa Gerodhere terjadi tanggal 15 Juli, sementara itu tinju adat di Kampung Dhereisa biasanya dilaksanakan setiap tanggal 23 Juli. Sementara itu di Kampung wisata Kawa Etu dilaksanakan setiap tanggal 23 Agustus dan di Kampung Labo Etu digelar setiap tanggal 28 Agustus.*

Baca artikel lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved