Belu Terkini 

Pemkab Belu dan Kemenparekraf Bahas Strategi Pengembangan Destinasi dan Pemasaran Pariwisata

Kabupaten Belu, menurutnya, memiliki peluang besar karena letaknya yang strategis di perbatasan langsung dengan Timor Leste.

Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/AGUS TANGGUR
WORKSHOP - Pemda Belu menggelar workshop strategi pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata guna memperkuat sektor pariwisata sebagai salah satu sumber peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan ini berlangsung di Gedung Wanita Betelalenok Atambua, Jumat (7/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Pemerintah Kabupaten Belu laksanakan workshop strategi pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata
  • Workshop ini bertujuan memperkuat sektor pariwisata Belu
  • Peluang pariwisata Belu didukung karena berbatasan langsung dengan Timor Leste
  • Bupati Belu, Willybrodus Lay tegaskan komitmennya perkuat arah pembangunan sektor pariwisata

 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Pemerintah Kabupaten Belu menggelar workshop strategi pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata guna memperkuat sektor pariwisata sebagai salah satu sumber peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kegiatan yang berlangsung di Gedung Wanita Betelalenok Atambua, Jumat (7/11/2025), menghadirkan narasumber dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dwi Marhen Yono, Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II sekaligus Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).

Dalam paparannya, Dwi Marhen Yono menjelaskan pariwisata Indonesia saat ini tengah tumbuh positif, dengan capaian 14 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun sebelumnya. 

Kabupaten Belu, menurutnya, memiliki peluang besar karena letaknya yang strategis di perbatasan langsung dengan Timor Leste.

“Belu ini memiliki potensi luar biasa. Secara geografis sangat dekat dengan Timor Leste yang memiliki pasar hingga 1,1 juta orang. Kalau dikelola dengan baik, sektor pariwisata di sini bisa menjadi penggerak ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Baca juga: Wabup Belu Buka Pelatihan Kewirausahaan UMKM, Apresiasi Dukungan Indomaret bagi Produk Lokal


Dwi menyebut, sektor pariwisata merupakan bisnis kebahagiaan. "Wisatawan datang untuk mencari kebahagiaan. Kalau mereka bahagia, mereka akan mengeluarkan uang lebih banyak di destinasi, dan ini tentu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat,” katanya.

"Industri pariwisata menghadirkan pelayanan terbaik untuk memberikan pengalaman liburan yang membahagiakan bagi wisatawan. Jika banyak wisatawan yang bahagia maka akan memberikan keuntungan bagi usaha pariwisata," tambahnya. 

Lebih lanjut, Dwi memaparkan konsep Strategi Pengembangan Pariwisata 3A + 1K, yakni Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas, dan Komitmen (CEO). Empat unsur tersebut, katanya, harus berjalan seimbang agar destinasi wisata dapat berkembang secara berkelanjutan.

“Kalau atraksinya diperbanyak, fasilitasnya memadai, aksesnya mudah, dan pemerintah daerah punya komitmen kuat, pariwisata Belu akan tumbuh lebih cepat dan memberikan efek ganda bagi masyarakat,” tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa pengembangan pariwisata di Belu tidak hanya berbasis alam, tetapi juga budaya, kuliner, dan kreativitas masyarakat lokal.

Dwi menuturkan, berdasarkan hasil survei Kemenparekraf terhadap 10 juta wisatawan, alasan utama wisatawan datang ke Indonesia adalah untuk menikmati seni budaya lokal, bukan semata-mata panorama alam.

“Karena itu, kesenian dan budaya khas Belu perlu terus digiatkan agar menjadi atraksi utama. Seni budaya yang hampir hilang harus kita hidupkan kembali,” jelasnya.

Selain budaya, sektor kuliner lokal juga dinilai sebagai magnet bagi wisatawan, khususnya dari Timor Leste. “Setiap akhir pekan banyak warga Timor Leste yang melintas ke Belu. Mereka datang untuk berwisata dan mencari makanan khas. Ini peluang besar bagi pengembangan ekonomi kreatif daerah,” ujarnya.

Dwi juga mendorong agar Pemkab Belu menggelar event pariwisata secara rutin, baik berskala kecil, menengah, maupun besar, seperti festival budaya, fashion show, lomba lari, atau pameran kuliner.

“Event bisa menjadi magnet kunjungan wisatawan. Kami siap mendukung agar festival khas Belu terus digalakan,” katanya.

Selain penguatan atraksi dan event, Dwi menilai perlu adanya pola perjalanan wisata (travel pattern) yang jelas di Kabupaten Belu.

“Kalau wisatawan datang tiga hari ke Belu, mereka harus tahu akan ke mana dan menikmati apa. Kami akan bantu menyusun paket wisata tiga hari dua malam dengan rute dan atraksi yang menarik,” ungkapnya.

Lebih jauh, Dwi menegaskan pengembangan desa wisata berbasis komunitas menjadi prioritas utama Kemenparekraf dalam mendorong pariwisata berkelanjutan.

“Saat ini Indonesia memiliki lebih dari 6.200 desa wisata. Saya menantang Kabupaten Belu agar setiap kecamatan memiliki minimal satu desa wisata binaan. Mulai dari desa rintisan, berkembang, maju, hingga mandiri,” ujarnya.

Ia menekankan agar setiap desa wisata mengangkat potensi unik sesuai karakter wilayahnya. “Kalau unggul di budaya, jadikan desa budaya. Kalau kuat di kuliner, jadikan desa kuliner. Kalau punya pantai, kembangkan wisata bahari. Tidak harus sama, tapi sesuai karakter dan potensi masing-masing,” tambahnya.

Dwi mencontohkan keberhasilan Desa Tebing Breksi di Yogyakarta yang awalnya tidak memiliki nilai wisata, tetapi kini mampu menarik 20 ribu pengunjung per hari dengan pendapatan daerah mencapai Rp14 miliar per tahun.

“Tidak ada desa yang tertinggal, yang ada hanyalah desa yang belum menemukan potensinya. Kalau sudah ditemukan dan dikemas dengan baik, pasti bisa maju,” tegasnya.

Sementara itu, Bupati Belu, Willybrodus Lay, SH, menegaskan komitmennya untuk memperkuat arah pembangunan sektor pariwisata daerah melalui kolaborasi lintas sektor, terutama melibatkan ASN dan pelaku pariwisata.

Bupati Lay menjelaskan, pengembangan pariwisata telah menjadi bagian penting dari RPJMD 2025-2029 dan RIPPARDA Belu yang menjadi peta jalan pembangunan sektor pariwisata daerah.

“Yang saya rencanakan tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang sudah berhasil. Sekarang bagaimana membawa ASN dan pelaku pariwisata untuk bersama-sama bergerak mewujudkan itu,” tegasnya.

Ia menyebut empat langkah strategis pengembangan pariwisata, yaitu peningkatan kualitas destinasi, pengembangan berbasis budaya dan alam, peningkatan kapasitas SDM, serta digitalisasi promosi.

Selain itu, Bupati Lay menekankan pentingnya event pariwisata sebagai sarana promosi, ekspresi budaya, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 

Bupati Lay berharap, hasil workshop menghasilkan strategi dan inovasi konkret yang memperkuat kebijakan pariwisata Belu ke depan.

“Tujuan kita bukan hanya meningkatkan kunjungan wisatawan, tapi juga menumbuhkan ekonomi lokal dan memperkuat identitas budaya masyarakat Belu,” pungkasnya. (gus) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved