Lembata Terkini

KPAD Ungkap 16 Sekolah di Lembata Terpapar Seks Bebas

Kondisi ini seolah menunjukkan tidak sulit mengencani pekerja seks usia remaja via daring di Lembata. Ancaman terhadap bahaya penyebaran HIV/AIDS

Editor: Eflin Rote
independent.co.uk
ilustrasi Pekerja Seks Komersial 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA- Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Lembata, Nusa Tenggara Timur, menemuman banyak pelajar tingkat SMP dan SMA pada 16 sekolah terpapar seks bebas.

Sekretaris KPAD Lembata, Nefri Eken, Kamis (09/10/25), mengatakan temuan di 16 sekolah itu saat pihaknya bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Lembata melakukan kunjungan dan layanan konseling tes HIV/AIDS (Mobile VCT).

Kondisi ini seolah menunjukkan tidak sulit mengencani pekerja seks usia remaja via daring di Lembata. Ancaman terhadap bahaya penyebaran HIV/AIDS secara lebih masif.

Beragam kemudahan ini dimanfaatkan oknum tertentu yang bertindak sebagai mucikari untuk mendapat keuntungan dari menjual jasa anak pekerja seks. Para pelajar ini terhimpun dalam sejumlah grup Facebook dan WhatsApp.

Jika dipersentasekan, jelas Nefri, perilaku seks bebas di 16 sekolah mencapai 85 persen. Data ini menjadi alarm panjang bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan.

"Kami turun ke 16 sekolah, ada 85 persen yang aktif berhubungan seks, dan itu disebut WPS (wanita pekerja seks) tak langsung," ujar Nefri kepada wartawan.

Dia menjelaskan, pekerja seks tidak langsung adalah mereka yang tinggal bersama orangtua, tetapi aktivitas seks lancar. Sementara pekerja seks langsung tinggal sendiri. Mereka menjual "jasa ranjang" untuk membiayai hidupnya.

Baca juga: Remaja di Lembata Tawar Jasa Seks, 85 Persen Siswa Aktif Berhubungan

"WPS langsung itu mereka yang menawarkan diri untuk biaya hidup dirinya," ungkapnya.

Ironisnya, remaja SMP dan SMA ini terhimpun dalam sejumlah group media sosial. Wadah ini dipenuhi tawaran jasa seks daring bertarif dari puluhan ribu hingga Rp 500.000.

Nefri merincikan nama-nama group yang di dalamnya terdapat remaja perempuan, seperti Lonte Online Lembata, Repsol, Waikomo City Nice, Loang Bergoyang, dan potensi beberapa yang belum terkonfirmasi.

"Grup-grup ini ada di Messanger Facebook dan Whatsapp. Anak SMP dan SMA juga ada di dalam, kalau grup Sundal Seks Community (SSC) itu orang dewasa," jelasnya.

KPAD Lembata pernah memetakan data terkait wanita pekerja seks pada tahun 2023. Saat itu, sebanyak 507 pekerja seks, berusia 15 sampai 19 tahun.

"Untuk tahun 2024 dan 2025 kami belum buat pemetaan karena tidak ada anggaran," ujarnya.

Pemetaan WPS berlangsung terpusat di Kota Lewoleba karena menjadi transit para pekerja seks dari berbagai penjuru daerah di Lembata.

Meski tak ada dukungan anggaran, KPAD tetap bekerja keras. Ini semata-mata demi kebaikan banyak orang, apa lagi menyangkut generasi di Lembata. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved