Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 22 November 2025, "Di Hadapan Allah, Semua Orang Hidup"

Dalam Syahadat Iman – disebut juga Syahadat Kristen, yang dikenal juga dengan Credo atau Aku Percaya - pengakuan iman Kristen akan Bapa

Editor: Eflin Rote
YOUTUBE SUARA PAGI RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RP. John Lewar SVD 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor –NTT
Sabtu, 22 November 2025
Peringatan Wajib St. Sesilia
1Mak. 6:1-13; Mzm. 9:2-3,4,6,16b,19; Luk. 20:27-40
Warna Liturgi: Merah

Di Hadapan Allah, Semua Orang Hidup

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita kembali merenungkan tentang satu hal penting berkaitan dengan keimanan kita, yakni kebangkitan orangorang mati. Seorang jenius, teolog dan Pujangga Gereja terbesar di Barat sebelum Santo Agustinus bernama Tertulianus (160-220) mengatakan, Kebangkitan orang-orang mati adalah harapan orang Kristen; dalam iman akan kebangkitan itu kami hidup. Dari ungkapannya ini jelas bahwa
iman akan kebangkitan orang-orang mati sejak awal merupakan satu bagian
hakiki dari iman Kristen.

Dalam Syahadat Iman – disebut juga Syahadat Kristen, yang dikenal juga dengan Credo atau Aku Percaya - pengakuan iman Kristen akan Bapa, Putra dan Roh Kudus, serta karya-Nya yang menciptakan, menebus dan menguduskan berpuncak pada pewartaan bahwa orang-orang yang mati akan bangkit pada akhir zaman dan bahwa ada kehidupan abadi (lih. Katekismus Gereja Katolik, No. 988).

Hidup orang-orang Kristen itu hidup penuh optimisme, yang dilandasi oleh hidup dalam iman akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Itulah sebabnya, bagian terakhir dari Syahadat Iman berbunyi, “… akan kebangkitan badan, kehidupan kekal (Amin).”

Kebangkitan badan dan kehidupan kekal adalah harapan kita, orang Kristen. Kita percaya dengan pasti dan berharap dengan penuh kepercayaan; seperti Kristus telah bangkit dengan sesungguhnya dari antara orang mati dan hidup selamalamanya, demikianlah orang-orang benar, sesudah kematiannya akan hidup
untuk selama-lamanya bersama Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga sejak wafat-Nya atau pada hari pertama minggu itu (Yoh 20:1).

Selanjutnya Ia akan membangkitkan mereka yang disebut orang-orang benar itu pada akhir zaman (bdk. Yoh 6:39-40) [lih. Katekismus Gereja Katolik, No. 989].

Saudara-saudari, kita telah percaya akan Kristus, sang kebangkitan dan hidup, sejak kita disatukan dengan-Nya melalui Sakramen Pembaptisan.

Karena itu, sekarang juga kita telah mengambil bagian dalam kehidupan surgawi Kristus yang telah dibangkitkan (bdk. Flp 3:20). Akan tetapi, kehidupan yang sekarang ini, kehidupan dalam daging ini, masih “tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah” (Kol 3:3). Agar kelak menjadi sebuah kenyataan, maka kita perlu
melakukan beberapa hal penting: 

Pertama, hidup dalam rahmat Pembaptisan dengan setia. Karena melalui Pembaptisan kita disatukan dengan Kristus dan secara sakramental telah “mati bersama Kristus” maka kita juga akan diikutsertakan dalam kebangkitan-Nya. Itulah sebabnya, kita mesti setia dalam rahmat Pembaptisan (bdk. Kol 2:6-7).

Kedua, hidup dalam rahmat Ekaristi dengan setia. Karena melalui Ekaristi kita disatukan lebih erat dengan Kristus maka tubuh kita yang telah menerima Ekaristi tidak lagi takluk kepada kehancuran. Seperti dikatakan oleh Uskup Lyon, Perancis yang juga termasuk bilangan Bapa Gereja dan teolog terpenting abad ke-2 bernama Santo Ireneus (130-202), Seperti roti yang berasal dari bumi, kalau ia menerima panggilan Allah, bukan lagi roti biasa, melainkan Ekaristi, yang terdiri dari dua unsur, unsur duniawi dan unsur surgawi, demikian juga
tubuh kita, kalau menerima Ekaristi, tidak lagi takluk kepada kehancuran, melainkan memiliki harapan akan kebangkitan. Oleh karena itu, mari kita setia menghayati rahmat Ekaristi dan bertekun dalam menghadiri Misa offline supaya tubuh kita benar-benar menerima Ekaristi.

Ketiga, hidup dalam iman akan kebangkitan dengan setia. Kredo atau Aku Percaya adalah doa yang penting. Tidak cukup hanya hafal akan doa ini namun dengan penuh kesadaran kita mengakui akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Jangan mengikuti pola pikir orang-orang Saduki yang tidak mengakui adanya kebangkitan (Luk 20:27). Sebab, tanpa iman akan kebangkitan, hidup ini tidak punya visi. Hidup ini tidak ada tujuan. Hidup ini terasa hambar, tidak ubahnya dengan hewan yang jatuh binasa (bdk. Mzm 49:13).

Keempat, hidup di hadirat Allah dengan setia. Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk hidup oleh Allah, dari Allah, bersama Allah, karena Allah dan di hadirat Allah, artinya kita hidup dalam kesadaran akan Allah yang hidup dan hadir dalam keseharian kita.

Sebab Dia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, karena di hadapan Dia semua orang hidup (Luk 20:38). Semoga karena di dunia ini kita berusaha untuk setia hidup di hadirat Allah, maka kelak, berkat iman akan Yesus Kristus Putra-Nya, kita diantar untuk hidup di hadapan Allah, sebab di hadapan Allah, semua orang hidup. (RP. A. Ari Pawarta, O.Carm. dalam https://mkk.or.id/renungan-detail.php?r=2051852501)

Kehidupan setelah kematian, kehidupan dalam kebangkitan, adalah kehidupan bersama Allah, bukan lagi kehidupan bersama keluarga, sahabat, dan kenalan.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved