Prakiraan Cuaca

Waspada, BMKG Sebut Risiko Cuaca Ekstrem Meningkat Selama Periode 14–20 November 2025

Waspada, BMKG sebut risiko cuaca ekstrem meningkat selama periode 14–20 November 2025. ini faktor pemicunya

Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Adiana Ahmad
pixabay.com
WASPADA PENINGKATAN RISIKO CUACA EKSTREM - Ilustrasi cuaca ekstrem. Waspada, BMKG Sebut Risiko Cuaca Ekstrem Meningkat Selama Periode 14–20 November 2025 

Sementara itu, kontrubisi dari Samudera Pasifik yakni Southern Oscillation Index (SOI) juga menunjukkan nilai signifikan, yaitu +13.1. 

Kedua hal tersebut mengindikasikan adanya aliran massa udara signifikan masuk ke wilayah Indonesia, baik dari Samudra Hindia maupun dari Samudra Pasifik. 

Kondisi ini memperkuat suplai uap air di wilayah Indonesia dan memicu pembentukan awan hujan. 

Baca juga: Peringatan BMKG: Waspada! Hujan Petir Mendominasi Cuaca NTT Hari Ini, Jumat 14 November 2025

Meskipun Madden–Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 6 (Western Pacific), namun secara spasial fenomena ini diperkirakan aktif di Jawa, Bali, NTT, NTB, serta sebagian Sumatra dalam beberapa hari ke depan, sehingga berpotensi meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah tersebut.

Selain itu, Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat diprediksi aktif di Samudra Hindia barat Sumatra, sebagian besar Pulau Sumatra, Selat Malaka, Kep. Riau, Laut Natuna, Laut Natuna Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Laut Sulawesi, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Samudra Pasifik utara Halmahera.

Hal ini menyebabkan adanya potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Tidak hanya itu, Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur juga diprediksi aktif di wilayah Samudra Hindia barat Lampung dan selatan NTT yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Kombinasi antara MJO, Gelombang Kelvin, dan Gelombang Rossby Ekuator pada wilayah dan periode yang sama diprediksi aktif di wilayah Samudra Hindia barat Kep.

Mentawai hingga selatan NTT, Aceh, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Selat Karimata, Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Laut Jawa, yang berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Disisi lain, Sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia barat Aceh, di Samudra Hindia barat Bengkulu, di perairan barat daya Lampung, di perairan selatan Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Timur, di utara Kalimantan dan di Papua Selatan yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di sebagian besar wilayah Indonesia.

Dorongan massa udara kering dari BBU dan BBS juga memberikan pengaruh terhadap wilayah yang berada di depan batas dorongan, seperti di Laut Natuna Utara, Semenanjung Malaysia, Kepulauan Riau, perairan timur Filipina, perairan barat Sumatra, Sumatra bag selatan, pesisir barat Sumatra, perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara, Pesisir selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Dengan kelembapan udara yang cukup dan labilitas lokal yang relatif kuat, proses pembentukan awan konvektif menjadi lebih signifikan.

Berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika atmosfer tersebut, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di beberapa wilayah Indonesia.

Masyarakat diharapkan untuk selalu mengikuti perkembangan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca dari kanal resmi BMKG, serta menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik sebagai upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya genangan maupun bencana hidrometeorologi lainnya.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved