Timor Leste
Lima Fakta Demo Ricuh Timor Leste, Kontroversi Pemerintah dan Kemarahan Masyarakat
Aksi demonstrasi yang terjadi di Kota Dili, ibukota Timor Leste diinisiasi oleh mahasiswa.
Lima Fakta Demo Ricuh Timor Leste, Kontroversi Pemerintah dan Kemarahan Masyarakat
POS-KUPANG.COM, DILI - Demonstrasi mahasiswa pecah di Dili, ibukota Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Aksi demonstrasi dimulai ketika ribuan mahasiswa turun ke jalan pada Senin (15/9/2025).
Ribuan mahasiswa itu memprotes kebijakan pengadaan mobil dinas baru bagi anggota parlemen Timor Leste. Adapun demonstrasi itu berlangsung tak lama setelah gelombang aksi serupa terjadi di beberapa negara seperti Indonesia, Nepal, Prancis dan Inggris.
Berikut lima fakta Demo Ricuh di Timor Leste.
Gerakan Mahasiswa
Aksi demonstrasi yang terjadi di Kota Dili, ibukota Timor Leste diinisiasi oleh mahasiswa.
Menurut laporan jurnalis AFP di lokasi, lebih dari 2.000 orang— kebanyakan terdiri dari mahasiswa berbagai universitas di ibu kota— yang terlibat dalam aksi protes pemerintah itu.
Ada mahasiswa yang mengenakan jas almamater, namun ada pula yang tidak. Mereka tidak hanya membawa poster tuntutan saat aksi, tapi juga bendera Timor Leste.
Ribuan mahasiswa di Dili, Timor Leste berkumpul di sekitar gedung Parlemen Nasional menyuarakan tuntutan mereka.
Baca juga: Rencana Pemerintah Beli Mobil Dinas Baru untuk Parlemen Timor Leste Sulut Demo Ricuh

Menuntut Pembatakan Kebijakan Kontroversial
Ribuan mahasiswa yang turun ke jalan menuntut pembatalan kebijakan kontroversial. Mereka menuntut pemerintah membatalkan rencana pengadaan mobil mewah bagi anggota parlemen.
Para mahasiswa menilai kebijakan tersebut tidak adil, mengingat kondisi ekonomi negara mereka masih bergantung pada cadangan minyak dan gas yang kian menipis.
"Kami mulai protes ketika mereka memutuskan membeli mobil. Tapi ini meledak karena orang sudah lelah dengan semua ini. Rakyat tidak punya akses pendidikan, air bersih, dan sanitasi yang baik, tapi mereka malah membuat undang-undang untuk menguntungkan diri sendiri,” ujar Cezario Cesar, mahasiswa 30 tahun yang memimpin aksi, kepada BBC.
Isu mobil dinas dan pensiun seumur hidup menjadi pemicu dari kemarahan publik yang lebih besar.
Aksi Damai Menjadi Demo Ricuh
Aksi yang berlangsung sejak awal pekan sempat diwarnai ketegangan. Para demonstran membakar ban, merusak gedung pemerintah, hingga melempari polisi dengan batu.
Aparat merespons dengan gas air mata, bahkan seorang mahasiswa mengaku terkena tembakan gas air mata saat berada di depan kampusnya.
“Saya marah karena mereka ingin membeli mobil mewah untuk bekerja, sementara rakyat masih menderita,” kata seorang mahasiswi yang enggan disebutkan namanya kepada BBC.
Pemerintah Batalkan Kebijakan
Demonstrasi itu memaksa Parlemen Timor Leste membatalkan dua kebijakan kontroversial. Pada selasa, parlemen membatalkan pembelian mobil mewah bagi 65 anggota parlemen.
Selanjutnya pada Rabu, parlemen uga menghapus pemberian tunjangan pensiun seumur hidup.
Baca juga: Demo Anti Pemerintah, Pejabat Negara Nepal Ditelanjangi dan Diarak Warga

Kondisi Ekonomi yang Kontras
Diketahui, gaji anggota parlemen Timor Leste mencapai 36.000 dollar AS (sekitar Rp 592 juta) per tahun, lebih dari 10 kali lipat rata-rata pendapatan tahunan warga yang hanya sekitar 3.000 dollar AS (sekitar Rp 49 juta).
Timor Leste, negara termuda di Asia Tenggara yang meraih kemerdekaan dari Indonesia pada 2002, kini juga diketahui masih bergulat dengan kesenjangan sosial, angka malnutrisi, dan pengangguran yang tinggi.
Ekonominya sangat bergantung pada minyak dan gas, membuat setiap keputusan anggaran yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kerap memicu kemarahan publik
WNI Diminta Tidak Terlibat
Adapun warga negara Indonesia atau WNI yang berada di Timor Leste juga diimbau untuk tidak terlibat dalam demonstrasi yang berlangsung.
Imbauan itu disampaikan Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI Dili melalui sejumlah grup WhatsApp WNI di Dili. KBRI mengimbau seluruh WNI di Timor Leste agar tetap tenang dan menjauhi kawasan sekitar parlemen.
KBRI menegaskan pentingnya bagi WNI untuk tidak terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam aksi unjuk rasa di Timor Leste. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.