Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 6 September 2025, "Anak Manusia, Tuhan Atas Hari Sabat"

Aturan atau hukum manusiawi atau hukum ilahi sekalipun pada hakikat adalah untuk kebaikan manusia dalam semua lini hidupnya

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pater Fransiskus Funan Banusu SVD 

Renungan Harian Katolik
Oleh: Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
Sabtu, 6 September 2025
ANAK MANUSIA: TUHAN ATAS HARI SABAT
(Kol 1:21-23; Mzm 54:3-4.6.8; Luk 6:1-5)

"Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" (Luk 6:2). Apakah melanggar hukum Sabat karena cinta kasih atau belas kasihan mengkhianati Allah?

Aturan atau hukum manusiawi atau hukum ilahi sekalipun pada hakikat adalah untuk kebaikan manusia dalam semua lini hidupnya. Hukum atau aturan harus menjamin  hidup manusia, entah pribadi maupun komunal agar teratur, adil dan benar. Hukum dibuat untuk melayani kemanusiaan.

Cinta kasih atau ekspresi belas kasih kepada sesama melampaui hukum atau aturan mana pun. Pada satu sisi para Farisi yang bertugas mengawal hukum Sabat agar ditaati secara konsekuen adalah sesuatu yang baik, namun di sisi lain cinta kasih atau belas belas kasih kepada sesama harus dikorbankan karena hari Sabat. Hal ini fatal, jika berhadapan dengan hukum kasih yang dibawa oleh Yesus. Pada hari Sabat, ketika lapar para murid Yesus memetik bulir gandum untuk dimakan.

Hal ini menjadi masalah besar bagi para Farisi karena melanggar aturan Sabat. Yesus membela para murid-Nya dengan menegaskan bahwa belas kasih lebih penting dari pada hari Sabat.

Berbuat baik pada hari Sabat lebih mulia dari pada dengan keji membiarkan sesama terus menderita karena hari Sabat. Cinta kasih atau belas kasih melekat pada Diri Yesus. 

Kepada para Farisi yang terus ngotot bahwa perbuatan apa pun pada hari Sabat adalah melawan hukum Sabat, maka Yesus membuka kepicikan pikiran mereka yang kaku itu dengan mengatakan, "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Luk 6:5).

Sebagai pengikut Yesus kita wajib melakukan apa yang Ia kehendaki. Perintah kasih Tuhan kita lakukan kapan saja dan di mana pun. Sebab hukum kasih adalah hukum Allah sendri, hukum ilahi yang wajib kita wujudkan dalam hidup.

Dalam berpastoral kita juga kadang terjebak dan kaku dalam menerapkan hukum kasih bagi umat kita yang sangat membutuhkan kebijakkan dalam masalah-masalah tertentu dalam hidup mereka.

Dengan semakin banyak berbelas kasih kepada sesama, kita semakin dekat dengan Tuhan yang mengasihi kita tanpa batas. Dosa dan aneka kejahatan dalam hidup justru terjadi ketika kita makin jauh dari Tuhan. 

Kepada umat Kolose Santo Paulus bilang, "Kalian dahulu hidup jauh dari Allah, dan memusuhi Dia dalam hati serta pikiran yang terbukti dalam perbuatanmu yang jahat." (Kol 1:21-23).

Kepada kita di era ini Paulus juga mau mengatakan bahwa kalian kini jauh dari dari Allah dan memusuhi Dia dalam perbuatanmu yang jahat.

Kita butuh bertobat dan banyak berbelas kasih kepada sesama kita yang lapar, susah dan menderita atau sakit. Melalui ekspresi belas kasihan ini, kita menyatukan diri kita dengan Kristus yang mengurbankan Diri di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita.

Dosa yang membuat relasi kita renggang  dan terpisah jauh dari Allah, kini didamaikan oleh Kristus. Kristus rela mati demi kita karena Dia kudus, tak bercela dan tak bercacat.

Kita pun jika mau untuk berbelas kasih sungguh-sungguh dalam hidup, mesti bertobat dulu, lalu bertekun dalam iman, teguh dan tidak goncang oleh kekuatan dunia yang semakin menantang dalam pelbagai aspek hidup kita.

Dengan bertobat, dan semakin berbelas kasih, Roh Kudus mendorong kita semakin dekat dengan Tuhan. Kita sadar bahwa Allah menolong kita melalui Yesus Kristus yang amat mengasihi kita. Maka Pemazmur bermadah, "Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu. Aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan." (Mzm 54:6.8).

Kesadaran kritis dalam iman, akan semakin kuat dan memotivasi kita untuk terus berbelas kasih, jika kita bertobat dan menjadikan hukum cinta kasih sebagai acuan utama tindakan kita. 

Selamat beraktivitas hari ini. Tuhan berkatimu semua. (RP. FF. Semarang, (Provinsialat MSF Jawa Tengah), Sabtu/Pekan Biasa XXII/C/I, 060925)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved