Opini

Lil Au Nol Dael Banan : Filsafat Pendidikan dari Kota Kasih

Dalam pandangan orang Timor, membangun apa pun rumah, kota, bangsa, bahkan manusia tidak boleh dilepaskan dari hati yang tulus.

|
Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM/HO
Gracia Marianne Nafsindha Otta 

Dalam masyarakat Timor, nilai gotong royong (mutis meto), tolong-menolong (mae tuan), dan solidaritas komunal adalah fondasi sosial. Nilai-nilai ini bisa menjadi dasar moral pendidikan di Kota Kupang dan Indonesia Timur. Sebab, sebagaimana Freire katakan, “tidak ada pendidikan yang netral; ia selalu berpihak.” Pendidikan yang berpihak pada kemanusiaan harus berpijak pada kebudayaan lokal yang menumbuhkan cinta kasih.

Sayangnya, banyak sekolah dan universitas kini terjebak dalam logika industri: mengejar sertifikasi, akreditasi, dan ranking, tetapi melupakan nilai. Ketulusan bergeser menjadi formalitas; kepedulian digantikan oleh angka-angka. Di sinilah Lil Au Nol Dael Banan menjadi kritik yang tajam sekaligus jalan pemulihan: pendidikan sejati adalah tindakan moral dan spiritual, bukan sekadar sistem teknokratis.

UNESCO (2023) dalam laporannya Reimagining Our Futures Together: A New Social Contract for Education menyerukan lahirnya kontrak sosial baru dalam pendidikan yang berlandaskan empati, kolaborasi, dan keadilan sosial.

 Dunia membutuhkan pendidikan yang memanusiakan, bukan yang mendisiplinkan semata. Nilai-nilai itu sesungguhnya telah lama hidup di Kota Kupang terekam dalam semboyan Lil Au Nol Dael Banan.

Jika ketulusan dijadikan dasar kebijakan pendidikan, maka akan lahir sekolah-sekolah yang memuliakan manusia, bukan sekadar mendidik angka. Guru akan menjadi sosok yang menghadirkan cinta, bukan tekanan. Murid akan belajar bukan karena takut gagal, tetapi karena ingin tumbuh. Masyarakat akan menghormati pendidikan bukan karena ijazah, tetapi karena kebijaksanaan.

Dari Timur, dunia dapat belajar bahwa pendidikan sejati tidak lahir dari sistem yang canggih, melainkan dari hati yang bersih. Lil Au Nol Dael Banan adalah panggilan moral bagi pendidik, birokrat, dan masyarakat untuk membangun manusia dengan kasih.

Di tengah krisis moral global, ketika kompetisi mengalahkan empati dan prestasi menyingkirkan kemanusiaan, semboyan ini menjadi oase dan penanda arah. Kupang, dengan falsafahnya yang lembut dan bijak, sedang mengajarkan dunia bagaimana membangun peradaban bukan dari gedung tinggi, bukan dari teknologi mutakhir, tetapi dari hati yang tulus.

Sebab pendidikan yang sejati selalu lahir dari cinta. Dan cinta, sebagaimana diajarkan Lil Au Nol Dael Banan, adalah kekuatan yang tak pernah gagal membangun manusia. *

Penulis : Mahasiswa Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

 

 

Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved