Resensi Buku

Membaca Lompat Kapal ke Amerika dan Deadline: Kisah di Balik Liputan Jurnalis Kompas 

Kedua buku ini, meski ditulis dari pengalaman jurnalistik, merekam perjalanan eksistensial manusia yang sedang berjuang menjadi bebas dan otentik. 

|
Editor: Dion DB Putra
POSKUPANG.COM/ONONG BORO
PELUNCURAN BUKU - Romo Leo Mali (ketiga dari kiri), narasumber lain dan undangan saat meluncurkan dua buku karya jurnalis Kompas, Frans Pati Herin di kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Kamis (9/10/2025). 

Di sinilah dimensi transendensi tampak: manusia tidak berhenti pada “apa yang ada,” tetapi bergerak menuju “apa yang mungkin ada.”

Menegaskan hal ini Viktor Frankl dalam logotherapy-nya menunjukkan bahwa manusia dapat bertahan dalam penderitaan jika menemukan makna di dalamnya.

Frans menunjukkan kebenaran ini : ia tetap berakar pada kemanusiaan meski di tengah ancaman dan ketidakpastian. 

Eksistensinya menyejarah karena berpijak pada makna yang lahir dari kebebasan. 

3. Lompatan Historis: Dari Nasib Menuju Kebebasan

Jika lompatan eksistensial menyingkap kedalaman batin manusia yang sadar akan kebebasan, maka lompatan historis memperlihatkan bagaimana kesadaran itu menjelma menjadi tindakan yang menulis sejarah. 

Dalam pandangan filsafat sejarah, terutama Vico dan Hegel, sejarah bukan sekadar kronologi peristiwa, melainkan ekspresi dari spiritus humanus— roh manusia yang bergerak, mencipta, dan menata dunia. 

Bedanya, Hegel menekankan kesadaran rasional, sementara Vico menyoroti kekuatan imajinasi dan ketidaksadaran sebagai sumber cipta sejarah. 

Kedua cara pandang ini bertemu dalam diri Frans: ia seperti guru matematika yang mencari kepastian dalam rumus, sekaligus pelaut yang membaca tanda di tengah gelombang. 

Pilihan-pilihannya menggambarkan pergulatan manusia antara rasio dan imajinasi, kalkulasi dan intuisi, antara tunduk pada takdir dan menantangnya dengan kebebasan. 

Lahir di Pandai, sebuah desa kecil di Adonara Barat, Frans menulis dirinya keluar dari batas-batas itu. 

Dari pinggiran republik ia menjelma menjadi jurnalis yang bergerak hingga ke pusat peradaban dunia. 

Setiap liputannya adalah Tindakan historis—tindakan yang menulis sejarah dengan pena dan keyakinan. 

Lompatan geografisnya menjadi afirmasi martabat manusia yang mampu melampaui dirinya sendiri. 

Ia mengikuti hatinya, dan hati manusia, kata Ignatius Loyola, diciptakan untuk hal-hal besar, sebuah arah yang memberi keberanian untuk berkorban dan mengasihi. 

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved