Opini
Opini: Guru Mesti Menjadi Pembawa Damai
Pendidik sejati tidak mengkotak-kotakkan murid berdasarkan kemampuan, latar belakang, atau kedekatan pribadi.
Dunia pendidikan seharusnya menjadi rahim persaudaraan, bukan arena persaingan tidak sehat.
Sudah saatnya kita berani meninggalkan zona nyaman kebiasaan lama seperti kekerasan verbal, saling menyalahkan, atau komunikasi yang penuh amarah.
Sekolah perlu menjadi tempat yang melatih kebiasaan baru yakni saling menghormati, meminta maaf, dan membangun dialog yang tulus.
Mendidik dengan Nurani
Pembangunan manusia tidak kalah penting dari pembangunan fisik. Kita boleh membangun gedung-gedung sekolah yang megah, tetapi tanpa karakter damai di dalamnya, Pendidikan kehilangan rohnya.
Karena itu, guru harus menjadi penghembus angin sejuk, menanamkan nilai-nilai kerukunan dan solidaritas sejak dini.
Paus Fransiskus pernah berkata, menciptakan perdamaian membutuhkan keberanian yang lebih besar daripada berperang.
Diperlukan keberanian untuk mengatakan “ya” kepada dialog, “ya” kepada kejujuran, dan “ya” kepada sikap tulus tanpa topeng. Seruan ini relevan bagi siapa saja yang bekerja di dunia pendidikan.
Guru dipanggil untuk menumbuhkan optimisme, bukan pesimisme; menyalakan harapan, bukan menyebarkan rasa curiga.
Dalam ruang kelas, ia membangun suasana saling menghargai dan menumbuhkan solidaritas antarpeserta didik.
Pendidikan seperti inilah yang menyiapkan generasi muda yang solider, kreatif, dan berkarakter damai.
Menjadi Tokoh Damai
Dalam konteks lokal Lembata, semboyan Taan Tou yang artinya kita semua satu pantas untuk terus dihidupkan dalam keseharian hidup masyarakat.
Semboyan itu tidak boleh berhenti pada slogan, tetapi mesti menjadi semangat nyata di sekolah dan masyarakat.
Menjadi pembawa damai memang tidak mudah. Ia menuntut pengolahan batin dan kedewasaan diri.
Opini: Kontribusi Kepemimpinan Etis bagi Organisasi |
![]() |
---|
Opini: APBD Perubahan, Instrumen Korektif dalam Tata Kelola Keuangan Daerah |
![]() |
---|
Opini: Efisiensi TKD, Saatnya Daerah Berhenti Bergantung dan Mulai Kreatif Secara Fiskal |
![]() |
---|
Opini: Guru dan Tantangan Eksplorasi Diri |
![]() |
---|
Opini: Di Manakah Frans Seda yang Dulu Beken? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.