Opini

Opini: Ryan Silet Open Up, Juan Reza, Piche Kota, Pemuda Titisan Suara Leluhur Nusantara

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aven Jaman

Fenomena mencuatnya tiga pemuda asal NTT ini diperkuat pula oleh latar mereka yang Katolik. Sebuah kebetulan? Bukan! 

Untuk diingat, Pancasila bisa ditemukan di Ende adalah berkat pergaulan Soekarno yang di sela-sela pengasingannya, beliau terlibat dalam diskusi mendalam tentang konsep negara-bangsa dengan para misionaris Katolik dari Belanda. 

Alhasil, menonjolnya ketiga pemuda Katolik asal NTT ini sepanjang tahun 2025, pun sebaiknya tidak dilihat sebagai kebetulan belaka. 

Lihat! Mereka lahir di tempat berbeda, tumbuh dengan cara masing-masing, tetapi dalam nadi mereka mengalir darah yang sama yakni darah Ende, keyakinannya juga sama yakni Katolik. 

Padahal, Ende adalah kota yang masyarakatnya tak hanya Katolik melainkan juga muslim. Tapi mengapa ketiganya Katolik? 

Ini harus dilihat pula dalam konteks kebangkitan rohani Katolik beberapa tahun belakangan ini. 

Di tengah derasnya ancaman hilangnya peradaban humanis akibat munculnya kecerdasan buatan (AI), umat Katolik malah tampil menakjubkan. 

Jumlah umatnya sedunia meningkat signifikan seiring dengan bermunculannya konten-konten Katolik di berbagai platform media. 

Katolik sendiri berarti umum. Agama umum, sintesis dari segala tesis agama-agama di dunia. 

Kemurnian ajarannya terjaga utuh sejak zaman Yesus dan para rasul-Nya hingga hari ini, melewati berbagai tantangan zaman bahkan sampai pernah nyaris tinggal nama tatkala berada di abad kegelapan (Dark Ages) masa renaisance. 

Ini tentu menyiratkan satu hal bahwa janji Tuhan yang akan menyertai umat-Nya sampai akhir zaman terbukti. 

Pembuktian itu juga berlaku saat ini, tepat ketika kita satu bumi ini dilanda kecemasan akibat serbuan AI. 

Dan di tengah situasi itu, tiga pemuda  berdarah Ende ini hadir. Tidakkah ini pertanda bahwa sekalipun mereka berkarir di jalur profan, latar belakang Katolik mereka perlu dilihat sebagai cara lain dari Tuhan merahmati peradaban kontemporer khususnya kita di Indonesia. 

Terima kasih banyak untuk Ende dan masyarakatnya. Karena di sana Pancasila bisa ditemukan Soekarno, berkat persentuhan sejarahnya dengan para misionaris Katoliik. 

Seandainya Soekarno tak dibuang di Ende kala itu (1934-1938), barangkali Pancasila kita tak pernah ada. 

Halaman
1234

Berita Terkini