Opini
Opini: Kepemimpinan Hamba
Tanpa kepuasan kerja yang memadai, efek positif servant leadership terhadap keterlibatan dan performa akademik tidak optimal.
Oleh: Heryon Bernard Mbuik,M.Pd
Dosen PGSD FKIP Universitas Citra Bangsa Kupang - Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Kepemimpinan hamba ( servant leadership), dikemukakan pertama kali oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970 melalui esai The Servant as Leader.
Ini merupakan paradigma kepemimpinan yang menempatkan pelayanan kepada orang lain sebagai inti, bukan kekuasaan atau otoritas klasik.
Dalam ranah pendidikan dimana nilai-nilai seperti kerja sama, empati, serta pertumbuhan siswa dan guru menjadi krusial pendekatan ini menawarkan model yang sangat relevan dan transfomatif apabila dikaji secara akademik dan kontekstual.
Karakteristik Utama Servant Leadership
Spears (2002) merumuskan sepuluh karakteristik utama servant leader: mendengarkan, empati, penyembuhan, kesadaran, persuasi, konseptualisasi, wawasan masa depan, penatalayanan (stewardship), komitmen terhadap pertumbuhan orang lain, serta pembangunan komunitas.
Karakteristik ini menjadi indikator penting dalam penelitian kepemimpinan pendidikan.
Peran Mediator
Studi mendalam menunjukkan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) sering menjadi mediator penting dalam hubungan antara servant leadership dengan berbagai outcome seperti keterlibatan kerja (work engagement) dan komitmen afektif (affective commitment) di lingkungan akademik higher education.
Artinya, tanpa kepuasan kerja yang memadai, efek positif servant leadership terhadap keterlibatan dan performa akademik tidak optimal.
Kepemimpinan Kolaboratif dan Konteks Pendidikan
Model lain seperti distributed leadership yakni, kepemimpinan yang tersebar di berbagai peran, termasuk guru, kepala sekolah, dan staf menunjukkan bahwa leadership bukan semata tugas individu, melainkan proses sosial yang diartikulasikan bersama.
Servant leadership mendukung pendekatan ini melalui pemberdayaan dan pemberian suara kepada seluruh elemen sekolah.
Temuan Empiris dalam Konteks Pendidikan
Indonesia – Sekolah Menengah dan Tinggi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.