Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Charles Abar
POS-KUPANG.COM,BAJAWA - Pemerintah Kabupaten Ngada melalui Dinas Kesehatan mencatat ada 71 kasus Tuberkulosis (TBC) sepanjang tahun 2025 berdasarkan hasil ujian Lab melalui Test Cepat Molekuler atau TCM.
Data itu menunjukan bahaya penyakit menular seperti TBC di Kabupaten Ngada perlu mendapatkan perhatian serius, baik dari kesiapan alat skrining maupun upaya memutus mata rantai penyebaran.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada Aty Due melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Hilda Cleophas, saat temui di ruang kerjanya, Selasa (12/08/2025), mengatakan, TBC itu ada dua jenis yaitu sensitif obat dan resisten obat.
Adapun sensitif obat yaitu pasien yang baru kena TBC, sementara kalau resisten obat itu pasien yang pernah kena TB sebelumnya dan terulang.
Baca juga: Wisata NTT, 12 Destinasi Wisata di Bajawa Ngada Flores
Untuk itu, pihak Dinas Kesehatan kabupaten Ngada melalui petugas yang ada di puskesmas-puskesmas terus melakukan skrining untuk mendeteksi gejala.
Jika ditemukan gejala pada pasien sudah dua Minggu mengalami batuk dan demam dimalam hari, pihak puskesmas langsung merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan dahak menggunakan TCM.
Pemeriksaan itu untuk mengetahui apakah pasien positif TBC atau batuk biasa.
Dalam upaya pendeteksi kata Hilda, banyak ditemukan Pasien yang enggan untuk memberikan dahak untuk diperiksa ke Lab.
Hal ini dipengaruhi oleh stigma bahwa TBC merupakan penyakit menular yang bisa menyebar ke orang lain.
“Untuk penanganan di Ngada sendiri, kita sudah melakukan skrining. Selama skrining ada kendala seperti masyarakat yang terdeteksi tidak mau memberikan dahak untuk diperiksa,” ungkap Hilda.
Baca juga: Desa Wogo di Ngada Jadi Role Model Pengembangan Wisata Budaya
Lebih lanjut Hilda, dari 10 program yang dicanangkan oleh Bidang P2P, penyakit menular seperti TBC merupakan salah satu fokus yang saat ini sedang digencarkan oleh pemerintah pusat hingga Kabupaten. Hal itu dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran.
“Untuk TB, masuk dalam program yang lagi digencarkan oleh Pemerintah Pusat. TBC ini salah satu penyakit menular kalau kita tidak putus mata rantainya, bisa terkena,” ungkap Hilda.
Untuk Kabupaten Ngada sendiri target penemuan kasus yang ditetapkan oleh Pemerintah mencapai 2000 terduga dan 300 penemuan. Hingga saat ini tari target yang tercapai baru 71 pasien atau presentasi 14 persen.
Untuk mencapai target tersebut pihaknya kata Hilda, menggunakan dua alat Test Cepat Molekuler (TCM) yang tersedia di RSUD Bajawa dan Puskesmas Wae Pana Kecamatan Soa.
Kendati demikian, keberadaan dua alat ini tidak berjalan maksimal untuk mendorong mencapai target. Hal itu karena, selain jumlah terbatas, peralatan tersebut juga sering mengalami kerusakan sehingga target CTM pada pasien mengalami hambatan.
Ia menyebut, keberadaan CTM ini merupakan proses yang sangat penting untuk mengetahui secara pasti diagnosa terhadap pasien yang sudah terdeteksi.
Ia berharap pengadaan alat ini akan segera terpenuhi melalui pengajuan yang diusulkan lewat Anggaran perubahan.
Ia juga menyampaikan komitmen untuk terus melakukan edukasi, dengan di tengah fenomena mencap TBC itu dengan stigma negatif. Hal itu akan terus diberikan Edukasi oleh Dinas agar mata rantai penyebaran putus.
“Pihak dinas melalui puskesmas selalu menyediakan obat, masyarakat hanya perlu taat saja, seperti apa batuknya ketika ada yang positif melakukan pembatasan sampai pengobatan selesai hingga sembuh,” tutupnya. (cha)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS