Siswa tidur sambal dengar music klasik Mozart
Ia menjelaskan kelas ini digagas karena pihak sekolah belum menemukan metode yang tepat untuk membentuk karakter anak. Selama ini, Suster Hubertine melihat berbagai pendekatan dalam pembelajaran lebih mengutamakan kecerdasaan otak kiri namun belum menyentuh karakter siswa.
"Dari sekian pencarian itu, apasih yang bisa saya terapkan di sekolah ini karena bulliyng masih ada, anak-anak datang ke sekolah seperti biasa saja tapi kita jangan lupa karakter harus seperti apa. Apakah hanya otak yang kita pentingkan atau sehingga olimpiade dia menengkan lalu dia punya karakter apa. Sekian pencarian saya dan saya menemukan metode ada pada kelas jenius ini,"ungkap Kepala SDK Yos Sudarso Maumere ini.
Biarawati Katolik ini menjelaskan para siswa yang mengikuti kelas ini telah mengikuti rangkaian tes IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Intelligence), dan SQ (Spiritual Intelligence).
"Semua anak ini dites IQ, EQ dan SQ-nya termasuk guru yang membimbing kelas ini,"ujar Suster Hubertine.
Lanjutnya, dalam program Genius Class ini para siswa tetap mengikuti pembelajaran seperti biasa. Namun, yang berbeda adalah pembiasaan tidur usai aktifitas belajar sambal mendengarkan musik klasik Mozart dan diberi afirmasi positif. Para siswa akan tidur di dalam kelas menggunakan alat tidur yang disediakan dan sementara dibawa dari rumah siswa.
"Saat siswa datang pertama ke kelas dia harus gembira dengan teman, setelah itu dia belajar serius, setelah dia belajar dia makan dan setelah itu dia tidur sambal mendengarkan musik klasik lalu bangun belajar lagi,"ungkapnya.
Tak hanya kegiatan di dalam kelas, pada hari Sabtu siswa melakukan ekslporasi di luar sekolah. Para siswa diajak ke tempat umum seperti pasar, pertokoan, galeri tenun, museum, instansi dan lainnya. Tujuannya agar siswa belajar peka terhadap realitas dan mencertikan pengalaman itu saat kembali ke kelas.
Dia menyebut bahwa logo kelas ini adalah lumba-lumba. Logo mamalia air ini dikenal sangat cerdas, peniru yang cepat belajar, pemecahan masalah, empati, inovasi, terampil, gembira, dan ceria.
"Mereka punya logo genius kelas adalah lumba-lumba karena, ikan yang dilatih sangat jujur dan punya kepribadian baik, ini yang diharapkan bagi anak-anak jenius ini, memiliki kepribadian yang baik dan menjadi contoh bagi teman-temannya di sekolah,"tuturnya.
Suster Hubertine juga menyebut, progres kelas ini akan dievaluasi oleh pihak sekolah, guru, mentor kelas dan orang tua siswa untuk mengukur efektivitas kelas bagi siswa. Selain itu guru juga mengunjungi rumah tiap siswa untuk mengetahui kondisi siswa dan keluarganya.
Sementara itu pelatih Genius Class SDK Yos Sudarso dari Brain Academy Genius Muda Mandiri, Albertio Da Costa, mengatakan program ini pertama di NTT dan Kabupaten Sikka. Proses pembelajarannya berkelanjutan.
"Pembelajaran di kelas ini kontinu. Proses pembelajarannya mengikuti proses pembelajaran biasa tapi ada beberapa hal-hal yang ditambahkan seperti mendengarkan musik klasisk, berbicara bahasa inggris, kreatifitas, jiwa leadership dari kecil,"kata Albertio.
Ia menjelaskan dalam kelas ini kurikulum pembelajarannya dirancang khusus dengan pola pendampingan yang rutin.
"Salah satu metode yang kita lakukan adalah home visit, guru ini mau tidak mau tidak hanya sekadar mengajar tapi mereka melihat kondisi siswa yang sebenarnya di rumah. Ada seminar parenting untuk orang tua, guru wajib genius dan orang tua juga genius,"katanya.