Melki Laka Lena juga menekankan pentingnya pendekatan One Health dan Animal Welfare dalam penanggulangan rabies.
Baca juga: Kementan RI Minta Pemprov NTT dan Masyarakat Kendalikan Populasi Hewan Penular Rabies
“Kesehatan hewan tidak bisa dipisahkan dari kesehatan manusia dan lingkungan. Kita harus menjunjung tinggi kesejahteraan hewan agar program ini berhasil secara etis dan ekologis,” ujar Melki Laka Lena.
FGD ini menjadi wadah konsolidasi lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, akademisi, tokoh agama, hingga organisasi masyarakat untuk menyatukan langkah strategis dalam pengendalian rabies yang kolaboratif dan manusiawi.
“NTT harus belajar dari praktik baik di daerah lain, tetapi juga berinovasi sendiri demi melindungi masyarakat dan hewan,” ujar Melki Laka Lena .
CEO dan Founder JAAN Domestic, Karin Franken, dalam sambutan virtualnya mengapresiasi kehadiran langsung Gubernur Melki dalam kegiatan tersebut.
“Ini bukti nyata dukungan Pemerintah Provinsi NTT dalam perang melawan rabies,” ujar Karin.
Ia menekankan pentingnya edukasi yang berkelanjutan, termasuk larangan konsumsi daging anjing serta pelaksanaan vaksinasi massal guna menciptakan kekebalan kelompok di populasi anjing.
Perwakilan Kementerian Pertanian RI, drh. Hastho Yulianto, menambahkan bahwa pengendalian populasi hewan liar seperti anjing dan kucing perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Ia menyebut meningkatnya populasi hewan terlantar di perkotaan menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, dan lingkungan, serta meningkatkan risiko penularan zoonosis seperti rabies dan salmonellosis.
Baca juga: Tangani Rabies, Jaan Domestic Luncurkan Program United Against Rabies, Together for Animal Welfare
“Pengelolaan shelter hewan juga harus ditingkatkan agar tidak menimbulkan masalah baru. Kita semua punya tanggung jawab moral dan hukum untuk menjamin kesejahteraan hewan, sesuai amanat UU Peternakan dan KUHP baru,” kata Yulianto. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS