Pendekatan deep learning menuntut murid untuk memiliki minat pada materi yang dipelajari, terlibat secara mental pada kerja akademik, memiliki basis pengetahuan yang memadai, meluangkan waktu untuk melaksanakan pembelajaran serta pengalaman pendidikan positif yang berujung pada lahirnya kepercayaan diri akan kemampuan dan kesuksesan pribadi.
Pembelajaran mendalam menuntut keterlibatan aktif siswa dalam mengonstruksi makna baru dengan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya (Suhartono, 2025).
Sementara bagi guru, pembelajaran deep learning menuntutnya untuk memiliki minat yang besar pada materi yang diajarkan, memahami struktur program, meluangkan waktu yang cukup untuk memahami konsep kunci;
Menantang miskonsepsi murid lewat pertanyaan-pertanyaan terbuka, melibatkan murid dalam pembelajaran aktif, menggunakan penilaian yang membutuhkan penalaran dan kolaborasi ide;
Menghubungkan materi dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan dipahami oleh murid, tidak mempersoalkan kesalahan yang dilakukan murid dan memberikan penghargaan atas usahanya serta konsisten dan adil dalam menilai hasil pembelajaran sehingga melahirkan kepercayaan.
Mulai dari guru
Implementasi deep learning perlu dimulai dengan berfokus pada penyiapan guru.
Sebagus apapun kurikulum dan pendekatan yang ingin dilaksanakan, namun jika gurunya gagap dan tidak memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai maka sia-sialah kurikulum dan pendekatan tersebut.
Ikhsan (2025) menyebutkan setidaknya 6 (enam) alas an mengapa guru menjadi kunci kesuksesan implementasi deep learning. Pertama, keterampilan mengajar guru tak dapat digantikan oleh apapun.
Dengan keterampilan yang dimilikinya guru mampu mengeksekusi deep learning dalam praktek pembelajaran di kelas.
Seorang guru yang terampil mampu menyesuaikan metode dan pendekatan pembelajaran dengan karakteristik anak didik, suasana kelas, dan konteks pembelajaran yang berbeda-beda.
Kedua, hubungan emosional dengan siswa. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi kepada anak didiknya.
Guru selalu membangun relasi emosional dengan anak didiknya terutama dalam memotivasi anak didiknya untuk bersemangat dalam belajar. Kemampuan guru ini juga berguna untuk menetralkan emosi anak didik agar selalu siap untuk belajar.
Ketiga, guru memiliki kemampuan manajerial dan pengelolaan kelas yang baik. Setiap proses pembelajaran dapat saja terganggu oleh masalah ketidakdisiplinan atau kemalasan siswa.
Hanya guru yang profesional yang mampu menjaga dinamika kelas, fokus dan konsentrasi siswa serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif.