Uskup Petrus Turang Wafat

Kisah Perkenalan Uskup Emeritus Mgr Petrus Turang  dengan Pendeta Emy Sahertian

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Uskup Petrus Turang bersama sahabatnya, Pdt Emi Sahertian dan Suster Laurentia

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang, Mgr Petrus Turang memiliki banyak sahabat kenalan dari berbagai kalangan.

Banyak kisah yang pernah dilalui Mgr Petrus Turang bersama kenalannya. Salah satunya adalah Pendeta Emy Sahertian, seorang aktifis kemanusiaan di NTT.

Pdt Emi Sahertian memiliki kisah dan kenangan tersendiri dengan sosok Uskup Petrus Turang. Pdt Emi Sahertian mengisahkannya dalam ceritanya yang diposting di facebooknya, Minggu (6/4).

Pdt Emi Sahertian memberi judul Mgr. Emr.Petrus Turang dan Partneship fot governance reform serta persoalan Ctitizenship di Indonesia, sebuah Tribute.   

Baca juga: Uskup KAK Mgr. Hironimus Pakenoni Sampaikan Penghargaan Atas Pengabdian Mgr. Petrus Turang

Berikut kisahnya....

Saya berkenalan  pertama kali dengan pastor Petrus Turang sekitar tahun 2005, ketika beliau menjadi salah satu  anggota terhormat Board of Partnership for Governance Reform Indonesia.

Lembaga yang menjembatani kemitraan pemerintah dan masyarakat yang terdiri dari tokoh agama, masyarakat sipil, akademisi, dan para pakar untuk pembaruan pembangunan  Indonesia yang transparan, akuntability, penerapan Hukum dan  HAM yang berpihak pada rakyat, serta sistem pemerintahan yang baik dan bersih.

Saat itu saya bergabung dengan Solidaritas nasional untuk Papua dan Sahabat Acheh untuk Keadilan dan Perdamaian. 

Uskup Petrus Turang bersama sahabatnya, Pdt Emi Sahertian dan Suster Laurentia

Salah satu program yang dikembangkan adalah mencoba  secara partisipatif bersama teman teman di Papua dan Acheh  mencari jalan dialog yang bisa dilakukan mengingat konflik dan pelanggaran HAM yang tak berkesudahan.

Salah satu program yang berhasil diterima adalah dialog inklusif untuk keadilan dan perdamaian di Papua dengan mengusung tema "BICARA DI PARA PARA",  mengusung pendekatan "all inclusive dialog".

Program yang melibatkan  masyarakat Papua baik di tingkat akar rumput, tingkat kabupaten, tingkat propinsi  dengan menyeleksi 5 vocal point.  Harapan  kami akan menuju ke dialog nasional.

Namun sayangnya sampai hari ini dialog nasional masih tinggal impian yang tak terwujud karena saat itu  dijawab dengan pemberian status Otonomi Khusus  Papua, membuat banyak kalangan di Papua kembali pesimis.

Baca juga: LIPSUS: Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang Mgr. Petrus Turang Mengabdi untuk Rakyat Kecil

Untuk urusan inilah saya beberapa kali bertemu pastor Turang, seorang tokoh Katolik yang tegas, cerdas, rendah hati dan bersahabat. 

Berbagai argumentasi yang dilontarkannya bukan saja kritis tetapi juga mengandung nilai keimamatan dan pastoral  yang membuktikan bahwa keperpihakan kepada rakyat tertindas  betul betul  transformatif, tidak emosional tapi realistik.

Hal yang ditekankannya adalah bahwa dialog inklusif ini mestinya bukan sekedar hanya ingin  menampung ratapan dan keterlukaan orang Papua, tetapi perlu menjadi  alat pembaharuan bagi sistem pemerintahan yang bersih dan adil yang diawali dengan  "ketulusan untuk mendengar keterlukaan mereka".

Pemerhati Pekerja Migran Indonesia atau PMI dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Pdt Emi Sahertian.  (POS-KUPANG.COM/HO-DOK)
Halaman
123

Berita Terkini