Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Elang Flores atau Flores Hwak Eagle (Nisaetus floris) merupakan salah satu spesies raptor yang terancam punah dan hanya ditemukan di Pulau Flores.
Salah satunya di Bentang Alam Mbeliling, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Karena itu, upaya Konservasi Elang Flores di kawasan Bentang Alam Mbeliling, sangat penting dilakukan guna menjaga populasi burung predator itu.
Demikian salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam kegiatan Pelatihan Raptor Upaya Konservasi Elang Flores yang dilaksanakan di Desa Wisata Wae Lolos, Kamis (27/2/2025).
Pelatihan ini diselenggarakan oleh organisasi Raptor Conservation Society (RCS), sebuah organisasi nirlaba non-pemerintah yang bermarkas di Cianjur, Jawa Barat.
Usep, perwakilan dari RCS, Usep menyebutkan Bentang Alam Mbeliling merupakan habitat penting bagi Elang Flores.
Baca juga: Satpol PP Manggarai Barat Tangkap Tiga Ekor Sapi Berkeliaran di Labuan Bajo
Kawasan ini memiliki hutan yang masih terjaga dan menjadi tempat mencari makan serta berkembang biak bagi Elang Flores dan beragam jenis burung lainnya.
"Namun keberadaan Elang Flores di Mbeliling semakin terancam akibat perburuan dan konflik kepentingan dengan manusia. Data populasi Elang Flores hanya 300 ekor atau 150 pasang," ujar Usep.
Karena itu, lanjut dia, masyarakat setempat perlu dilatih untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya konservasi Elang Flores.
Dalam kegiatan tersebut para peserta dilatih untuk mengenali jenis-jenis raptor, memahami perilaku Elang Flores, serta mengetahui cara-cara melindungi dan melestarikan habitatnya.
"Selain pelatihan, upaya konservasi Elang Flores di Mbeliling juga melibatkan berbagai kegiatan lain, seperti pemantauan populasi, patroli hutan, serta sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian Elang Flores," ungkapnya.
Konservasi Elang Flores, lanjut dia, merupakan tanggungjawab bersama. Dengan pengetahuan dan kesadaran yang meningkat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam melindungi Elang Flores dan habitatnya, sehingga spesies raptor yang endemik ini tidak punah dari bumi Flores.
Tantangan Konservasi
Usep mengungkapkan penyebab utama penurunan populasi raptor yang utama adalah hilangnya habitat, terutama jenis-jenis raptor mendiami pulau-pulau kecil, dimana populasi asalnya tersisa sedikit dan tidak memiliki tempat lain untuk didiami.
Baca juga: Polisi Limpahkan Berkas Perkara Suami Bunuh Istri di Manggarai Barat NTT ke JPU
Selain itu, pemakaian bahan-bahan kimia untuk membunuh mangsa raptor yang dianggap hama juga menjadi masalah serius kelestarian burung.
"Penangkapan raptor untuk diperdagangkan secara ilegal masih sering terjadi, juga di Indonesia. Pasar-pasar burung besar biasanya masih menjual raptor secara langsung," ungkapnya.
Keterlibatan masyarakat dan organisasi lokal dalam upaya konservasi Elang Flores sangat penting dalam melindungi lokasi sarang burung Elang Flores. Pengetahuan masyarakat lokal juga merupakan informasi berharga bagi ahli biologi dan peneliti raptor.
"Sangat strategis jika ada kolaborasi antara masyarakat lokal, peneliti, perguruan tinggi, LSM, lembaga pemerintah bahkan korporasi perlu didorong. Para pihak memiliki profesionalisme dan keterampilan atau sukber daya yang relevan untuk disumbangkan," ujarnya.
Hasan, perwakilan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Manggarai Barat menyebutkan luas kawasan hutan Mbeliling sebesar 24.000 hektare, salah satu kawasan terluas di Mabar selain kawasan hutan Bowosie 20.000 hektare. Ada beragam flora dan fauna yang mendiami bentang alam Mbeliling, salah satunya Elang Flores.
"Kami berharap kepada berbagai pihak untuk bekerja sama melestarikan burung dan ekosistem hutan sebagai habitatnya," katanya.
Hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan pemerintah desa, KPH Manggarai Barat, Balai KSDA Resort Manggarai Barat, tokoh masyarakat, Pokdarwis Desa Wae Lolos dan aktivis lingkungan dari LSM Burung Indonesia.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS