Meski bukan termasuk murid yang menonjol secara akademis, Nathan dikenal sebagai murid yang memiliki disiplin tinggi.
Tidak heran, dia terpilih menjadi salah satu anggota OSIS SMAN 1 Mauponggo dan saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kerja Ambalan Gudep SMAN 1 Mauponggo.
Dia juga menjadi salah satu pengurus OSIS SMAN 1 Mauponggo yang baru selesai mengikuti OSIS Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD).
Berdasarkan wawancara tim media SMAN 1 Mauponggo di kediamannya di Mala Munde beberapa waktu lalu, Nathan sejak SD selalu mengikuti kegiatan Pramuka dan pernah menjadi anggota paskibra tingkat Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo.
Anak dari tukang sensor kayu ini mengatakan, aksi nekatnya memanjat tiang bendera di sekolahnya pada saat itu karena ingin menyelamatkan suasana apel bendera yang berjalan dengan hikmat.
Apalagi dirinya yang kerap mengikuti sang ayah saat sensor kayu, sering memanjat pohon tinggi.
"Saya sering ikut bapa saat sensor kayu, jadi saya sudah terbiasa dengan panjat memanjat pohon yang tinggi," ujar anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Nathan merupakan anak ketiga dari pasangan Yohanes Jea dan Mama Maria Imelda Ali yang kesehariannya berprofesi sebagai petani.
Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana di Mala Munde, Desa Wolotelu, Kecamatan Mauponggo.
Jarak tempah dari rumahnya ke sekolah sejauh 6 km. Setiap hari, Nathan menggunakan sepeda moto ke sekolah. Untuk mengisi bahan bakar kendaraan roda duanya, setiap sore sepulang sekolah, Nathan bekerja sebagai seorang pemanjat kelapa dengan biaya Rp 10 ribu/pohon. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS