Tahun ini akan menjadi waktu refleksi dan perayaan bagi umat Katolik di seluruh dunia. Istilah Yubileum berasal dari kata Ibrani yobel yang merujuk pada alat musik tiup dari tanduk domba jantan.
Dalam tradisi Yahudi, Yubileum adalah tahun ke-50 yang ditandai dengan pengampunan utang dan pengembalian tanah kepada pemiliknya.
Pada tahun 1300, Paus Bonifasius VIII mengadopsi tradisi ini ke dalam Gereja Katolik, menjadikannya sebagai tahun suci yang pertama.
Ini bertujuan untuk mengarahkan perhatian umat kepada Yesus dan memberikan kesempatan untuk pengampunan dosa.
Awalnya, Yubileum dirayakan setiap 100 tahun, namun Paus Klemens VI mengubahnya menjadi setiap 50 tahun.
Pada tahun 1350, perayaan pertama dilakukan, dan kemudian intervalnya dipersingkat menjadi 33 tahun oleh Paus Urbanus VI untuk menghormati masa hidup Yesus.
Salah satu tradisi penting dalam perayaan Yubelium adalah pembukaan Pintu Suci di Basilika Santo Petrus, yang melambangkan jalan menuju keselamatan. Pintu ini hanya dibuka selama tahun Yubileum.
Tahun Yubileum 2025 akan dimulai pada malam Natal, 24 Desember 2024, dan berakhir pada 6 Januari 2026.
Tema yang diusung adalah Peziarah Harapan yang menekankan pentingnya harapan bagi umat yang terdampak perang, pandemi, dan perubahan iklim.
Selama tahun ini, umat Katolik diundang untuk melakukan ziarah ke tempat-tempat suci, berpartisipasi dalam Misa Kudus, dan terlibat dalam kegiatan amal untuk membantu yang membutuhkan.
Melalui semua kegiatan ini, diharapkan umat dapat merasakan kehadiran kasih Tuhan yang mengubah hidup dan memberikan harapan baru.
Tahun Yubileum 2025 memiliki makna penting bagi umat Katolik, sebagai waktu refleksi dan pembaruan iman.
Dengan tema Peziarah Harapan tahun ini diharapkan menjadi momen untuk memperkuat harapan dan pertobatan, serta membangun Kembali komunitas yang lebih peduli dan penuh kasih. Berikut adalah beberapa makna dari Tahun Yubileum.
Pertama, makna spiritual sebagai jalan pengampunan dan pertobatan. Tahun Yubileum adalah kesempatan bagi umat untuk menerima pengampunan dari dosa-dosa mereka melalui Sakramen Rekonsiliasi.
Ini merupakan waktu untuk merenungkan kehidupan dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesama. Lalu ada makna harapan dan kebangkitan.