Data pengukuran tinggi dan berat badan anak dilakukan setiap bulan untuk menilai perubahan status gizi anak secara kuantitatif. Hasil pengukuran menunjukkan adanya kenaikan tinggi dan berat badan pada sebagian besar anak balita yang terlibat dalam program, mengindikasikan peningkatan status gizi yang positif.
Posyandu yang sudah terlatih akan melanjutkan pendampingan secara mandiri, memastikan bahwa edukasi dan praktik gizi tetap berlangsung setelah program ini.
Untuk mengatasi kendala yang ada, beberapa solusi telah diterapkan dalam pelaksanaan program: Edukasi berkelanjutan dan bertahap. Edukasi mengenai pentingnya gizi dan bahaya makanan instan diberikan secara bertahap, dengan menyampaikan materi yang mudah dipahami dan relevan bagi keseharian mereka.
Edukasi juga didukung dengan modul sederhana dan diskusi langsung, sehingga materi lebih mudah diterima dan dipahami.
Pemanfaatan bahan pangan local. Pada kegiatan ini Tim pengabmas mendorong penggunaan bahan pangan lokal yang bergizi, seperti ikan, sayuran, dan kacang-kacangan, teknologi membuat susu sari kedelai yang bernilai gizi tinggi bagi anak anak dan ibu menyusui yang lebih terjangkau secara ekonomis.
Demonstrasi pengolahan makanan bergizi juga membantu para ibu memahami cara menyajikan makanan sehat dengan bahan yang tersedia di lingkungan mereka.
Menurut tokoh masyarakat yang tidak disebutkan namanya bahwa program ini juga menunjukkan efektivitas dalam mengatasi kendala ekonomi dan kebiasaan masyarakat melalui penggunaan bahan pangan lokal yang terjangkau dan edukasi bertahap dan Replikasi Program di Posyandu Lain: Mengembangkan program ini di posyandu-posyandu lain di wilayah Kabupaten Kupang yang juga memiliki permasalahan serupa.
Dengan dukungan pemerintah setempat, kegiatan serupa dapat membantu menurunkan angka stunting di lebih banyak desa, meningkatkan pengetahuan gizi ibu-ibu, dan mengurangi risiko gizi buruk pada anak.*
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS