Oleh Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Alumnus Universitas Flores, penikmat sastra. Tinggal di Lembata, NTT
POS-KUPANG.COM - Bahasa adalah salah satu kemampuan manusia yang paling mendalam dan kompleks.
Lebih dari sekadar alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai medium berpikir, ekspresi identitas, dan pembentuk hubungan sosial.
Oleh karena itu, otak manusia bukan hanya tempat untuk memproses informasi, tetapi juga pusat dari kemampuan berbahasa itu sendiri.
Dalam perspektif teori otak, bahasa diproses melalui struktur-struktur tertentu di dalam otak yang khusus berfungsi untuk memfasilitasi kemampuan ini.
Misalnya, area Broca yang terlibat dalam produksi bahasa dan area Wernicke yang berperan dalam pemahaman bahasa.
Namun, menariknya, bahasa tidak hanya terletak pada satu bagian otak. Sebaliknya, bahasa diproses secara terdistribusi, melibatkan interaksi antara berbagai area otak.
Ini menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa bukanlah fungsi yang terisolasi, tetapi merupakan hasil dari interaksi yang lebih luas antara proses kognitif lainnya, seperti memori, persepsi, dan bahkan emosi.
Proses Dinamis yang Melibatkan Otak dan Konteks Sosial-Budaya
Otak memang memiliki kapasitas luar biasa untuk memproses dan menghasilkan bahasa.
Bahasa adalah sebuah sistem yang dinamis, yang berkembang melalui interaksi antara otak, tubuh, dan konteks sosial-budaya.
Bahasa tidak hanya terdiri dari rangkaian kata atau suara yang dihasilkan oleh otak. Bahasa merupakan produk dari interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu komunitas.
Setiap kata dan kalimat yang kita ucapkan dipengaruhi oleh banyak faktor di luar diri kita, seperti norma, nilai, dan peran sosial yang ada dalam budaya tempat kita hidup.
Misalnya, kita berbicara dengan cara yang berbeda saat berkomunikasi dengan teman dekat, atasan, atau orang asing.
Perbedaan ini tidak hanya berkaitan dengan cara otak kita mengolah bahasa, tetapi juga dengan cara kita dibentuk oleh konteks sosial kita berada.