Lewotobi Erupsi

Kesaksian Suster Marieta Saat Gunung Lewotobi Erupsi hingga Biara Diterjang Batu Besar dan Api

Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Biarawati Katolik, Sr Nikolin Padjo SSpS, salah satu korban letusan gunung berapi, Minggu, 3 November 2024

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Nofri Fuka

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada 3 November 2024 malam memakan korban jiwa. Data yang diperoleh POS-KUPANG.COM saat ini sekitar 9 orang meninggal dunia akibat erupsi gunung api itu, salah satunya Biarawan Katolik SSpS yang adalah pemimpin komunitas SSpS Hokeng, Sr Nikolin Padjo SSpS. 

Tak hanya itu, 70 orang anak asrama binaan biara SSpS dan puluhan suster baik lansia maupun postulan diungsikan. 

Pemimpin Biara Asrama Putra St Arnoldus Yansen di Boru, Sr Marieta SSpS menceritakan bahwa para suster dan anak asrama dievakuasi saat tengah malam. 

"Sekitar 70 anak asrama putra-putri , 4 suster lansia, 13 suster postulan diungsikan. Sebagian sudah dijemput orang tua sebagian masih menunggu jemputan, " ucapnya. 

Namun naasnya pemimpin komunitas SSpS Boru, Sr Nikolin Padjo tak tertolong. "Saat evakuasi batu menghalangi pintu sehingga suster tidak dapat tertolong, " ungkapnya. 

Baca juga: Hujan Lahar, Rumah Warga Rusak Parah dan Terbakar Saat Lewotobi Erupsi di Flores Timur

Ia mengatakan kejadian ini terjadi begitu saja tanpa ada tanda peringatan. "Kami tidak sangka akan terjadi karena beberapa hari inikan intensitas erupsi menurun sehingga kamipun pikir aman-aman saja, tau-taunya tadi malam dia meletus, " ceritanya. 

Suster Marieta menyaksikan peristiwa tersebut berlangsung begitu mencekam. Saat evakuasi, anak asrama dan para suster hanya membawa pakaian seadanya, sebagian barang lain ditinggalkan. 

Sepanjang perjalanan, hujan abu maupun batu serta pijaran api berjatuhan begitu banyak menghantam rumah, pepohonan hingga sepanjang jalan. Sebagian anak-anak bahkan terkena batu namun untungnya kondisi mereka baik-baik saja. 

Api pun terlihat berkobar di mana-mana, teriakan histeris hingga pekikan menggelegar beriringan dengan bunyi letusan dan hujan abu yang menjamur. 

Para suster dan asrama dievakuasi menggunakan mobil yang dibawa dari Kewapante. 

Dikarenakan kejadiannya berlangsung secara tiba-tiba, kebutuhan akan  makan minum dan lainnya ditanggung oleh para suster SSpS. 

"Semua kita tanggung dari sini, sejauh ini memang belum ada yang membantu, kita berusaha selamatkan anak-anak hingga menunggu orang tua mereka jemput, " tuturnya. 

Ia pun berharap ada pihak lain yang membantu bencana kemanusiaan yang tak diduga ini. 

Sosok Alm. Sr Nikolin menurut Sr Marieta

Halaman
12

Berita Terkini