Tokoh NTT

Profil Tokoh NTT, Pdt. Mery Kolimon Wanita Inspirasi dari Timor

Penulis: Alfred Dama
Editor: Alfred Dama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KETUA - Ketua Sinode GMIT, Pendeta Dr Merry Kolimon  

POS KUPANG.COM -- Pdt. Dr. Mery Kolimon merupakan tokoh yang berpenagaruh di Nusa Tenggara Timur (NTT)

Ia merupakan Ketua Sinode GMIT yang merupakan organisasi gereja salah satu terbesar dan berpengaruh di NTT.

Tahun 2018 lalu, Pdt. Dr. Mery Kolimon mendapat Sylvia Michel Prize yang merupakan penghargaan sebagai wanita insipirasi dan berani dari lembaga internasional .

Dikutip dari sinodegmit.or.id , pada ssianya yang ke 70, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) merehabilitasi sebuah sejarah baru. Pdt. Dr. Mery Kolimon, Ketua Majelis Sinode wanita pertama di GMIT, ini dianugerahi penghargaan internasional Sylvia Michel Prize .

Pdt. Mery adalah wanita kelima yang menerima penghargaan bergengsi ini. Hal itu disampaikan Ketua Majelis Sinode Gereja Reform, Pdt. Christoph Weber-Berg, dari Aargau-Swiss, saat menyampaikan ucapan selamat pada acara penghargaan tersebut, Minggu, (4/3).

“Ini merupakan keistimewaan bagi saya sebagai Ketua Majelis Sinode Gereja Reform di Aargau untuk menyambut Dr. Kolimon dan

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Sosok Mario F Lawi Generasi Baru Sastra NTT

menyampaikan Penghargaan atas penghargaan internasional kelima dari Sylvia Michel Prize,” kata Pdt. Christoph saat itu.

Ketua Majelis Sinode Gereja Reform Swiss mengapresiasi karya bakti Pdt. Mery menyebutnya sebagai karya yang menginspirasi, mengesankan, dan berani.

“Dr. Mery Kolimon, karyamu yang penting, mengesankan dan berani, dihormati melalui penganugerahan Sylvia Michel Prize. Di Gereja Masehi Injili di Timor, lebih dari 60 persen pendeta adalah perempuan. Namun, sejak berdiri sendiri pada tahun 1947, GMIT selalu dipimpin oleh laki-laki. Sebagai perempuan yang pertama kali menjadi Ketua Majelis Sinode GMIT, Dr. Kolimon menjadi teladan dan inspirasi bagi para perempuan di negerimu.”

Ia menyebut buku Memori-Memori Terlarang mengenai pengalaman para korban dan penyintas tragedi 1965 di Indonesia bagian Timur yang ditulis Pdt. Mery bersama sejumlah teolog perempuan GMIT sebagai karya penting memerangi ketidakadilan dan diskriminasi.

“Anda menyaksikan bahwa berjuang demi kesetaraan, keadilan, dan rekonsiliasi adalah hal yang sangat mulia. Terhadap semuanya itu, kami menyampaikan rasa hormat yang mendalam,” ujar Pdt. Christoph.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Yosef  Wasi: Sosok Ramah yang Menginspirasi

Saya berharap penghargaan untuk Pdt. Jumlahnya berupa uang sebesar US$ 5000 atau sekitar Rp. 70.000.000,- (Tujuh Puluh Juta Rupiah) tidak hanya bernilai materi tetapi sebagai pengakuan publik.

“Pemberian hadiah hari ini dalam bentuk US$ 5.000 tidak hanya bernilai materi, tetapi sebagai pengakuan publik. Oleh karena hadiah ini, karyamu tidak hanya dikenal di Swiss, tetapi juga, kami harapkan, di negerimu sendiri. Dengan demikian, tujuan dari Gereja-Gereja Reformasi Swiss tercapai jika hadiah ini dapat mengajukan pengakuan publik pada peran perempuan dalam posisi kepemimpinan. Harapan kami ialah agar banyak wanita di Timor dapat terinspirasi dari pelayananmu, dan agar rencana-rencana ke depan dapat tercapai dan berhasil.”

Ibu kelahiran SoE 2 Juni 1972 akhirnya terpilih menjadi Ketua Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (MS-GMIT) periode pelayanan 2015-2019 menggantikan Pdt. Robert St. Litelnoni, S.Th setelah berhasil mengumpulkan 141 suara dari total 271 pemilik hak suara dalam pemilihan MS GMIT dalam Sidang Sinode (SS) GMIT ke XXXIII yang berlangsung di Auditorium Tiilangga, Klasis Lobalain, Kabupaten Rote Ndao sejak Sabtu (20/9/2015) lalu dan akan berakhir hari ini, Jumat (2/10/2015).


Terpilihnya Pdt. Dr. Kolimon ini merupakan sejarah baru dalam sejarah perjalanan GMIT. Karena sejak tahun 1947 lalu, GMIT resmi berdiri sebagai gereja dan sejak saat itu terus dipimpin oleh kaum laki-laki, dan ini baru pertama kali dipimpin oleh kaum perempuan.

Pendeta Dr. Merry Kolimon dipastikan terpilih sejak surat suara ke 250 dibacakan oleh panitia pemilihan, karena pada posisi tersebut, aktivis Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) ini sudah mengantongi 126 suara.


Baca berita lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS

Berita Terkini