Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 2 Juli 2024, Tuhan Tidak Tidur

Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pastor John Lewar, SVD

Oleh: Pastor John Lewar,SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Selasa 2 Juli 2024, Tuhan Tidak Tidur

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor

Selasa, 2 Juli 2024
Hari Biasa Pekan XIII(H)

Lectio:
Amsal 3:1-8; 4:11-12
Mazmur 5:5-6,7,8
Injil: Matius 8:23-27

Meditatio:
“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.”(Matius 8: 24).

Penginjil Matius hari ini berkisah tentang Yesus yang penuh kuasa meredakan angin ribut. Fenomena alam pun tunduk kepadaNya, Danau tenang kembali. Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan Yesus naik ke dalam perahu dan para murid pun mengikuti Dia. Begitu Yesus masuk ke dalam perahu itu, Ia merasa ngantuk dan tertidur.

Namun tiba-tiba terjadi angin sakal di Danau dan perahu itu ditimbus gelombang besar. Perlu diketahui bahwa secara geografis, Danau Galilea letaknya 315m di bawah permukaan laut tengah. Danau ini dikelilingi oleh bukit-bukit maka wajar kalau kadang terjadi angin sakal yang membahayakan.

Reaksi para murid terhadap fenomena alam yang terjadi adalah rasa takut, gelisah dan cemas. Padahal para murid adalah nelayan-nelayan tangguh yang tentu saja sudah mengenal fenomena alam ini tetapi mereka masih takut juga. Dalam kondisi serba panik mereka membangunkan Yesus dan berkata : “Tuhan, tolonglah, kita binasa!”

Yesus menegur mereka karena mereka tidak mengandalkan iman yang dapat memberi ketenangan dan kekuatan kepada mereka. Yesus menghardik angin dan danau. Angin redah dan danau menjadi tenang. Peristiwa ini membuat para murid terheran-heran dan bertanya, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan Danau pun taat kepadaNya?”

Mungkin kita tidak pernah mengalami terpaan badai dan ganasnya gelombang di lautan dalam arti yang sesungguhnya karena kita memang tidak pernah melakukan perjalanan jauh melalui jalur laut, karena umumnya kapal laut membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa berhari-hari untuk sampai ke tujuan. Karena itu banyak orang lebih suka melakukan perjalanan jauh melalui jalur udara demi efisiensi waktu dan kenyamanan meski harus mengeluarkan biaya mahal.

Namun tak seorang pun dapat mengelak dan menghindarkan diri dari 'badai dan gelombang' kehidupan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan menghantam 'perahu kehidupan' kita. Contoh nyata di Republik ini, badai
perekonomian atau krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 lalu, krisis berkepanjangan menerjang segala sektor kehidupan yang akhirnya membawa dampak luar biasa bagi kelangsungan hidup semua orang.

Banyak kali kita merasa takut dengan peristiwa-peristiwa yang mengancam kehidupan ini. Banyak kali kita merasa takut dengan masa depan, pengalamanpengalaman hidup yang kiranya dapat menghalangi pertumbuhan hidup kita, penderitaan dan kemalangan.

Ketika badai dan gelombang dahsyat menyerang, yang terlontar dari mulut kita umumnya adalah kata-kata negatif bercampur dengan rasa takut, kuatir dan kecewa. Tak jarang kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi? Mengapa Tuhan tidak segera bertindak untuk menolong? Apakah Tuhan yang berjanji akan memeliharanya?"

Pertanyaan yang sama yang bernada kecewa, kesal, menggerutu, mengomel bahkan terlontar dari mulut
murid-murid, karena Tuhan Yesuslah yang mengajak mereka untuk bertolak ke seberang. Selain Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya turut serta pula orangorang yang mengikuti-Nya dengan perahu mereka masing-masing(Markus 4: 35-36).

“Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya?” Pernyataan Yesus mengandung beberapa isyarat.

Halaman
12

Berita Terkini