Wawancara Khusus

Simon Petrus Kamlasi tak Tega Lihat Orang Mencari Air

Penulis: Michaella Uzurasi
Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Staf Korem (Kasrem) 161/Wira Sakti Kupang, Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi saat podcast yang dipandu Pemred Pos Kupang, Dion DB Putra, Selasa (21/5/2024).

Waktu saya menjadi siswa SMA Taruna Nusantara angkatan pertama, di sekolah saya rangking 1 sampai lulus SMP. Begitu saya bergabung dengan siswa seluruh Indonesia saya merasa kecil.

Hal yang memotivasi saya, harus keluar tidak boleh orang bilang anak NTT itu bodoh. Jadi saya lulusan taruna Korps Peralatan yang bidang utamanya Teknik Mesin, sebagai lulusan terbaik.

Ketika saya dinas menjabat sebagai kepala seksi penelitian dan pengembangan di Direktorat Peralatan Angkatan Darat di situ ada pengkajian tentang kendaraan taktis militer, maunya seperti apa untuk mengganti kendaraan yang sudah tua.

Bagaimana desain rantis berikutnya yang cocok untuk Komandan Batalyon dan Komandan Kompi.

Saya pembuat kajian desain rantis saat itu, karena saya putra NTT saya menemukan kendaraan itu Komodo. Filosofinya adalah senyap, tetapi sangat mematikan dan lincah. Sehingga desain Komodo itu rendah dan lebar, dengan powerfull.

Hanya memang di tengah jalan saya harus pindah melaksanakan military observer di Sudan jadi kegiatan lanjutan dan kajian itu sudah sampai ke Pindad.

Hari ini kita dengan bangga melihat bahwa Komodo itu sudah dipakai di Batalyon Armed yang ada di Naibonat.

Berikutnya ketika saya menjabat Kepala Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan, saya mendesain prototipe amfibi.

Amfibi yang multi guna di darat bisa untuk kegiatan sosial, bisa untuk panggung berjalan dan memiliki semua kelengkapan yang sifatnya hidrolik.

Ada 12 boom hidrolik yang kita pakai, 22 fungsi dalam satu desain kendaraan. Saya sudah uji coba di Waduk Jatiluhur.

Setelah itu ada satu desain yang sementara dalam proses, yakni kendaraan tempur jarak dekat. Kendaraan itu memiliki daya dobrak dengan hitungan matematis aplikasi beberapa disiplin ilmu.

Itulah karya saya sebelum menjadi asisten logistik. Begitu saya jadi asisten logistik, saya tidak bisa diam.

Waktu Pak Jokowi menggunakan pakaian Amanatun di istana, akhirnya saya berpikir segera saya buat patungnya.

Patung itu sudah terpasang dengan megah di Sunu. Mudah-mudahan bukti Sunu menjadi bukit Presiden, karena bukan cuma patung Jokowi saja presiden lain pun ada hanya patungnya belum sampai. (cr19/habis)

Berita Terkini