Kita tidak mengatakan ini sebagai hiperbolik tetapi hari ini ada Water World Forum (WWF) di Bali, di mana 148 negara hadir di sini. Mereka membahas tentang konservasi air dan sanitasi, ketahanan pangan, dan energi.
Lalu dalam kondisi sekarang ada mitigasi bencana. Hari ini kalau kita cek di BPBD sudah ada beberapa kabupaten yang menyatakan darurat kekeringan.
Itu saya bersyukur sekali karena pimpinan TNI AD dan saya pribadi mampu meyakinkan bahwa kita perlu TNI AD Manunggal Air. Memang TNI tidak sendiri, kalau kita kasih bukti kan orang berpartisipasi akan datang sendiri serta semangat karena bantuannya tepat sasaran.
Selain air jangan lupa ketahanan pangan menjadi pembinaan teritorial. Metode kita akan ada namanya pembinaan ketahanan wilayah, subnya adalah ketahanan pangan.
Ketika saya keliling Flores ini sama dengan konsep gereja, konsep keuskupan semua ada di dalam lahan. Semua berbicara alternatif makanan di samping makanan pokok yang ada untuk antisipasi krisis pangan.
Rencana pengembangan dalam waktu dekat seperti apa?
Saya perlu jelaskan bahwa kita ada tiga metode. Pertama paling sederhana masyarakat umum pun paham. Kalau masyarakat melaporkan pak kami kekurangan air, posisi mata air ada di atas kami dj bawah.
Itu sederhana kita langsung melaksanakan perpipaan, gravitasi kita gunakan karena mengalir dari tinggi ke rendah.
Nah ketika di wilayah tersebut tidak ada lagi air yang di atas, kita mencoba melihat air yang di bawah, dihitung debitnya.
Ketika memadai untuk menggerakan pompa hidram, maka kita akan melaksanakan terapan aplikasi ini. Bagi wilayah yang tidak mungkin gravitasi dan hidram, kita akan pikirkan mungkin air itu ada di bawah maka kita laksanakan eksplorasi air untuk sumur bor.
Kita ada alat pendukung yang sudah canggih. Sementara ini saya memiliki alat bor pribadi 4 unit, yang kedinasan juga ada 3 unit yang tersebar ada 4 di Flores, 2 di Sumba, sisanya di Timor.
Eksplorasi atau pencarian titik air ada alat sederhana yang mungkin butuh waktu sekitar 1 jam, kita sudah tahu bahwa di sini ada air. Ada juga peta cekungan air.
Dari 300-an titik ini mana yang kesulitannya paling berat atau pengalaman yang paling berkesan?
Karena mungkin saya sudah sering di Timor justru ini saya anggap biasa saja, walaupun banyak.
Kemarin saya waktu keliling di Flores tepatnya di Manggarai Timur ada desa yang menunggu saya sampai malam hari. Saya mau tahu bagaimana kondisi yang dipasang oleh Babinsa.