Dan kalau sebagai obyek maka kita sebagai subyek melihat sesama kita sebagai obyek yang dapat dimanupulasi atau dipakai untuk kepentingan kita atau hanya untuk memuaskan ego diri kita sendiri.
Maka usaha untuk mengasihi Tuhan dan sesama adalah sebuah usaha keluar dari egoisme diri sendiri dan masuk dalam situasi kesadaran spiritual agar kita mampu memberi diri sepenuhnya kepada Allah dan juga kita secara penuh keluar kepada sesama yang lain di luar diri kita dan menemukan sesama kita sebagai subyek untuk bisa saling mencintai tanpa ada pertimbangan lain atau ada prasangka lain di dalamnya seperti kita sendiri mengasihi diri sendiri tanpa ada batas.
Kita harus melihat sesama kita sebagai “aku yang lain” dan dengan begitu kita akan gampang sadar bahwa kita mencintai sesama kita itu seperti mencintai aku yang ego itu. Dan banyak di antara kita yang masih melihat Tuhan atau sesama kita sebagai obyek semata tempat kita mampu memanipulasi mereka sebagai obyek.
Maka marilah kita mengubah cara pandang kita sendiri dan tidak menempatkan Tuhan dan sesama hanya sebatas obyek semata tetapi sebagai subyek untuk kita dapat berbagi dalam hidup. Dengan begitu kita layak disebut pengikut Yesus Kristus.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: hukum utama kita itu jelas yakni mengasihi Allah dan sesama.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 7 Maret 2023, 3 Cara Atasi Iri Hati Karena Lihat Keberhasilan Sesama
Kedua, namun kita masih saja melihat Tuhan atau sesama hanya sebagai pelengkap atau bahkan lebih buruk lagi sebagai obyek semata untuk bisa dimanipulasi.
Ketiga, tindakan mengasihi itu sebuah proses keluar dari diri sendiri yakni ego dan pergi kepada orang lain yang ada di sekitar kita juga alam lingkungan kita.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS