Program Makan Siang Gratis

Saran Akademisi Untuk Program Makan Siang Gratis Oleh Dikbud NTT

Penulis: Irfan Hoi
Editor: Adiana Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

POS-KUPANG.COM/ Dosen Tetap Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang, Juni Gressilda Louisa Sine,STP,M.Kes

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG- Akademisi dari Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang, Juni Gressilda Louisa Sine, STP., M.Kes memberi saran untuk pelaksanaan program makan siang yang dikerjakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTT. 

Menurut dia, program itu akan lebih bagus jika diterpakan di tingkat pendidikan anak usia dini atau PAUD hingga sekolah dasar (SD). Sebab, program semacam ini sebenarnya lebih menekankan mengenai asupan gizi. 

Dosen Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes itu menyebut, biasanya program makanan tambahan seperti yang dijalankan oleh pihaknya menyasar ke SD dan PAUD. 

"Biasa kami lakukan itu di sarapan pagi justru, bukan di makan siang," kata dia, Senin (4/3/2024). 

Baca juga: News Analysis PMI Asal NTT Disiksa Anak Majikan di Arab Saudi, Pemerhati: Sudah Sering Terjadi

Sarapan pagi diberikan berkaca dari beberapa faktor. Kesibukan orang tua hingga pola tidur siswa menjadi pertimbangan untuk menerapkan program makan di pagi hari. Program itu juga kini dilakukan secara nasional. 

Sarapan pagi, kata dia, akan sangat membantu peserta didik untuk belajar, dari kecerdasan berpikir dan lainnya. Ia menyebut, sejauh ini ia belum melihat program makan siang seperti yang dikerjakan atau belakangan menjadi salah satu program utama oleh Paslon capres tertentu. 

Juni Louisa Sine mengatakan, pihaknya belum mengikuti secara detail program itu, karena memang baru dijalankan.  Idealnya seseorang harus makan tiga kali dan dua kali sehari. 

Juni Louisa Sine menyebut, program makan siang yang diberikan ke peserta didik sekolah menengah atas (SMA) itu, bisa membantu zat besi. Pasalnya, anak-anak di tingkat SMA atau setara, akan sangat membutuhkan asupan zat besi. 

"Mungkin ditekankan mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi, khususnya di kaum wanita, karena beberapa penelitian dosen itu banyak yang anemia," kata Juni Louisa Sine. 

Anak-anak perempuan pada umur SMP hingga SMA dalam usia subur, biasanya membutuhkan zat besi. Pola makan yang sebelumnya kurang zat besi, bisa dibantu lewat program ini. 

Baca juga: News Analysis Penolakan Hasil PSU, Pengamat: Harus Disertai Bukti

"Fokus makanan yang disiapkan oleh sekolah menengah atas kualitas harus mengandung tinggi protein dan tinggi zat besi untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja putri," ujarnya. 

Juni Louisa Sine menambahkan, 
protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap bisa didapatkan di telur, ikan, daging. 

Sementara, kata dia, zat besi bisa didapatkan dari hati ayam, hati sapi, daging merah, telur dan sayur-sayuran hijau seperti bayam, daun singkong, daun kelor, kacang-kacangan dan olahannya seperti tempe, tahu dll

"Tapi menunya harus seimbang, tapi pemilihan makanannya harus tinggi zat besi," sambungnya. 

Dia juga menanggapi tentang penggunaan pangan lokal. Menurut dia, pangan itu bisa memberi efek. Ketersediaan bahan pangan lokal dengan zat besi bisa membantu menjalankan program itu. Baginya, pemanfaatan pangan lokal akan sangat baik dibanding pangan pabrikan. (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini