Berita Timor Tengah Utara

Gereja untuk Kaum Miskin

Penulis: Dionisius Rebon
Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Frater Herman Ginting, OFMConv (baju putih) bersama Warga Dusun Banopo bernama Blasius dan anaknya saat sedang membersihkan lahan pertanian di wilayah Dusun Banopo, Desa Tublopo, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Selasa, 19 Desember 2023.

Berdasarkan pengalaman dari hasil kebun sayur itu, Frater Herman berefleksi tentang faktor penyebab dibalik kondisi masyarakat ini. Karena adanya peningkatan hasil, Frater Herman menanam sayur-sayuran di lahan yang berbeda.

Tanah Pulau Timor, bagi Frater Herman merupakan tanah yang sangat subur. Hal ini tidak disangka-sangka oleh Pria Kelahiran Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara itu.

Dalam sebuah kesempatan menghadiri pameran ekonomi kreatif di Kota Atambua, Frater Herman diteguhkan oleh pesan Uskup Atambua. Mgr. Dominikus Saku, Pr yang meminta Rohaniwan dan Rohaniwati Katolik membantu Umat Keuskupan Atambua. Mereka diminta "memindahkan Altar" ke kebun atau ke sawah. Pesan Uskup Atambua ini semakin membulatkan tekad Frater Herman mewujudkan mimpi itu.

Hal ini senada dengan pemikiran Frater Herman bahwa, sudah saatnya Gereja harus hidup bersama orang miskin, tinggal, bangkit dan berdiri bersama orang miskin.

"Dan betul-betul merasakan penderitaan orang miskin dan harus keluar dari kemiskinan bersama mereka." ujarnya dengan nada penuh semangat.

Peningkatan Ekonomi Umat Dusun Banopo 

Berkat kebun sayur seluas 1,8 hektare ini, 70 persen ekonomi umat di Dusun Banopo meningkat. Salah satu indikator mengukur ekonomi umat adalah jumlah kolekte setiap Ibadah Hari Minggu.

Ketika pertama kali memimpin ibadah di Kapela Banopo, kolekte warga sekitar berkisar Rp. 4.000 hingga Rp. 5.000. Saat ini, kolekte umat Lingkungan Banopo minimal Rp. 80.000. Aspek ini bisa menjadi salah satu indikator bahwa ekonomi Warga Dusun Banopo meningkat.

Kebun itu kini telah menjadi kebun contoh di Kabupaten TTU dan bermanfaat untuk umat. Tidak hanya di Kecamatan Bikomi Selatan tetapi, juga warga di luar kecamatan tersebut.

Biarawan yang pernah 9 tahun menjadi Ketua STP St. Bonaventura Keuskupan Agung Medan ini juga membagikan bibit jagung, lombok, tomat, dan sayur-sayuran kepada masyarakat.

Kebun menjadi salah satu penghasilan paling mungkin bagi pemilik tanah dan petani. Di samping bekerja keras, umat setempat juga diwajibkan rajin berdoa. Penghasilan dari kebun ini cukup membantu banyak anak-anak untuk mengenyam pendidikan mereka. 

Umat yang bekerja di kebun tersebut diberi upah layak. Mereka diberi upah setiap hari Rp. 50.000 perorang. Selain mengajak umat bekerja di kebun, Frater Herman mendidik mereka tentang kedisiplinan, keuletan, dan kejujuran. 

Umat diwajibkan bekerja mulai pukul 08.00 hingga pukul 10.00 Wita. Pada pukul 10.00 Wita hingga pukul 10. 30 Wita snack dan dilanjutkan dengan bekerja.  Pukul 12.30 sampai 13.30 Wita makan siang dan dilanjutkan dengan bekerja hingga pukul 15.00. Pukul 15.00 hingga 15.30 Snack dan dilanjutkan dengan bekerja hingga pukul 16.30 Wita. 

Waktu kerja ini diatur dan berlaku setiap hari. Pengaturan waktu ini menjadi bahan edukasi bagi mereka untuk "membunuh" rasa malas dalam diri mereka. Umat dididik untuk bekerja ulet dan rajin serta tepat waktu.

Di sisi lain, Frater Herman mengajarkan kepada mereka memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Apabila musim kemarau tiba, mereka diajak untuk bangun pada pukul 04.00 dan mulai bekerja di kebun sejak pukul 05.00. Sementara itu ketika musim penghujan tiba, Ia menganjurkan kepada mereka melaksanakan aktivitas seperti mengiris tali mengikat tanaman, menanam bibit sambil berteduh di pondok.

Frater Herman juga mengajarkan Umat Dusun Banopo agar tidak mengonsumsi alkohol berlebihan. Karena banyak sekali persoalan sosial di wilayah itu yang disebabkan oleh mabuk miras.

Mengangkat Martabat Umat Dusun Banopo

Total sebanyak 50 ekor anak ternak babi dibagikan kepada umat Dusun Banopo. Di sisi lain bernilai ekonomis, ternak babi ini juga diberikan agar umat bisa memelihara dan dimanfaatkan untuk kebutuhan adat istiadat dan lain-lain.

"Dari segi sosial kita manusia juga perlu dihargai. Apalagi orang susah juga butuh penghargaan. Kalau ada upacara adat mereka bisa gunakan babi untuk upacara adat."ujarnya

Apabila ternak babi itu berkembang biak nantinya, Frater Herman melarang untuk dijual semua. Hal ini bertujuan agar mereka terus mengembangbiakan ternak itu.

Edukasi ini diberikan murni untuk mengangkat harkat dan martabat umat papa di wilayah itu. Selain ternak babi, Frater Herman juga membagikan ayam kepada umat. Mengingat salah satu tradisi.

Menariknya, Frater Herman juga dengan biaya sendiri membangun rumah sederhana bagi orang-orang yang kurang beruntung. Aksi ini didorong rasa tidak sudi dalam dirinya melihat orang lain menderita.

Setiap umat di wilayah itu akan dibantu ketika membangun rumah mereka. Walaupun bantuan itu tidak banyak. Lebih daripada itu, bagi orang-orang yang benar-benar kesulitan, pembangunan rumah akan ditanggung sepenuhnya oleh Frater Herman. 

Tindakan itu sebagai ungkapan dukungan dan kebahagiaan dari Frater Herman kepada umat yang berniat memperbaiki hidup.

"Ini mengatakan bahwa, Gereja senang ketika umat gigih dan senang membangun rumah. Saya juga pasti akan ikut berpartisipasi."ujarnya penuh semangat

Lebih mengesankan dari kisah ini yakni; setiap bulan tanggal 3, sebanyak 15 orang keluarga di Dusun Banopo diberikan bantuan baik itu sembako maupun uang tunai.

Tidak hanya itu, sebanyak 8 orang anak yang sedang mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dari Dusun Banopo dibiayai dari hasil kebun tersebut.

Demi menegaskan kecintaan terhadap warga Dusun Banopo, Frater Herman enggan disebut "Orang Medan". Ia telah mendeklarasikan dirinya sebagai Warga Suku Dawan dan Orang Timor.

Sikap ini bertujuan menghilangkan sekat-sekat suku yang melekat. Sebagai "Orang Timor" Frater Herman ingin hidup, tinggal, berada dan bangkit dari segala keterbatasan ekonomi bersama Warga Dusun Banopo. 

Penghasilan kotor sebulan dari hasil kebun sayur itu sebesar Rp. 25.000.000. Komoditas yang ditanam di kebun itu, yakni Lombok, buncis, Cabai Keriting, Cabai Rawit, Jagung, Sayur Sawi, Sayur Kol dan lain-lain.

Sebagai seorang Biarawan, Frater Herman telah berikrar untuk memberi hidupnya untuk kaum papa. Hal ini selaras dengan semangat dari Ordo Fransiskan. Ordo yang memiliki moto 'Saudara Bagi Semua". Oleh karena itu, seorang biarawan Ordo Fransiskan harus merasakan perasaan orang miskin, hidup dan tinggal di tengah mereka.

Sosok Penyumbang Prosentase Pemanfaatan Lahan Hortikultura Kabupaten Timor Tengah Utara 

Saat ditemui akhir tahun 2023 lalu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Timor Tengah Utara, Trinimus Olin mengatakan, pertanian di Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan lokomotif dimana sektor pertanian akan menarik perkembangan atau peningkatan sektor-sektor yang lain.

Sekitar 80 % masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara hidup dari mata pencaharian sebagai petani. Sementara itu, jika ditinjau dari sektor ekonomi, penyumbang Produk domestik regional bruto (PDRB) yakni sektor pertanian. Dengan demikian, sektor pertanian menjadi unggulan dan prioritas di dalam proses pembangunan di Kabupaten TTU.

Upaya peningkatan produktivitas di sektor pertanian hanya bisa dilakukan dari dua aspek yakni intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi ini yakni perluasan lahan untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak atau menerapkan metode intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas. Upaya paling mungkin untuk mengembangkan produktivitas di sektor pertanian adalah metode intensifikasi. 

Berdasarkan data, ± 21 % masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara hidup di garis kemiskinan. Jika dibandingkan dengan 80 % masyarakat Kabupaten TTU bermata pencaharian sebagai petani maka, secara tidak langsung data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk miskin ini justeru ada di kelompok petani.

Para petani di Kabupaten Timor Tengah Utara dikategorikan dalam dua kelompok yakni petani sebagai warisan. Mata pencaharian petani sebagai warisan ini yang nantinya selalu bergantung atau berharap pada bantuan atau subsidi dari pemerintah.

Selain itu, ada satu kategori kelompok petani yang melihat pertanian sebagai peluang usaha. Kategori kelompok ini, perlahan kian tumbuh signifikan di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Hingga saat ini, lahan kering potensial di Kabupaten Timor Tengah Utara 175.455,00 Нa namun yang diolah sekitar 26.609,00 На. Sementara lahan basah potensial di Kabupaten TTU 14.267,00 На dan yang telah diolah 10.132,30 На.

Selain itu, potensi lahan hortikultura seluas 730,00 Ha dan lahan hortikultura yang sudah diolah berdasarkan hingga tahun 2022 seluas 433,42 Ha atau sekitar 59,37 % .

Kisah hidup Frater Herman merupakan salah satu dari sekian banyak masyarakat yang menyumbang prosentase peningkatan pemanfaatan lahan hortikultura di Kabupaten Timor Tengah Utara. Hal ini menjadi salah satu alasan bersangkutan dipilih menjadi Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Timor Tengah Utara.

Frater Herman, kata Trinimus, telah meninggalkan kehidupan yang nyaman untuk bertarung dengan fenomena kemiskinan umat. Keputusan ini bisa dilakukan orang-orang tertentu saja.

Ia menegaskan, Frater Herman telah menjadi guru dan sosok inspiratif dari ribuan kisah nyata. Secara khusus dalam aspek upaya merubah mindset masyarakat.

A Church for The Poor (Gereja untuk Kaum Miskin)

Pada Senin, 15 Januari 2024, penulis menemui Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Drs. Eusabius Binsasi. Dalam obrolan singkat yang berlangsung di ruang kerjanya, Eusabius mengatakan, banyak sekali sosok inspiratif dari Kabupaten Timor Tengah Utara yang lebih banyak berkecimpung di dunia pertanian.

Beberapa petani muda asal Kabupaten TTU menjadi Petani Milenial yang meraih penghargaan tingkat nasional. Kehadiran beberapa sosok ini menjadi stimulus bagi kaum muda di Kabupaten TTU.

Namun, kehadiran sosok inspiratif Frater Herman Ginting, OFMConv terbilang sangat mengejutkan Pemda TTU. Mengingat yang bersangkutan merupakan seorang biarawan.

Lebih daripada itu Eusabius menilai, Frater Herman Ginting telah menjadi sosok yang sangat penting dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Timor Tengah Utara. 

Berdasarkan data BPS terkini, angka  kemiskinan di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2020  sebanyak 56.980 kepala keluarga. Sementara tahun 2021, angka kemiskinan sebanyak 58.330 kepala keluarga. Sedangkan pada tahun 2022 angka kemiskinan di Kabupaten Timor Tengah Utara turun 55. 880 kepala keluarga.

Penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Timor Tengah Utara ini tidak terlepas dari peran penting Frater Herman Ginting, OFMConv bersama Ordo Fransiskan. Mereka telah "Menghadirkan Altar" ke tengah-tengah umat.

Dikatakan Eusabius, dalam literatur Inggris lama khususnya Gereja Katolik Konservatif beberapa literatur menulis tentang perjuangan kaum rohaniwan- rohaniwati mendekatkan pelayanan bagi kaum miskin. Literatur ini lazim melahirkan artikel-artikel berjudul ''A Church for the Poor" (Gereja untuk Kaum Miskin).

Perjuangan kaum religius khususnya biarawan-biarawati untuk menghadirkan gereja telah menyata di Kabupaten Timor Tengah Utara. Frater Herman Ginting OFMConv, telah menghadirkan gereja ke tengah-tengah kaum miskin, hidup bersama mereka dan mengangkat mereka dari lumpur genangan persoalan ekonomi. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini