Letusannya, tambahnya, relatif kecil mengingat aktivitas terkini, namun kewaspadaan terhadap gunung berapi tersebut berada pada tingkat tertinggi kedua.
Pada tanggal 22 Desember, abu vulkanik dari Gunung Marapi menutup bandara dan menyelimuti masyarakat sekitar di pulau Sumatera.
Gunung berapi tersebut mulai mengeluarkan abu yang mengurangi jarak pandang ratusan kilometer jauhnya, kata Indra Saputra dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia.
Marapi dikenal dengan letusan mendadak yang sulit diprediksi karena tidak disebabkan oleh pergerakan magma dalam, yang memicu getaran yang tercatat pada monitor seismik.
Gunung berapi ini berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi ketiga di Indonesia sejak tahun 2011, yang menunjukkan aktivitas gunung berapi di atas normal yang berarti pendaki dan penduduk desa harus berada lebih dari 3 kilometer dari puncak, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Meskipun para pendaki tidak boleh memasuki zona bahaya, pejabat setempat telah mengakui bahwa banyak orang yang mungkin mendaki lebih tinggi dari yang diizinkan.
Marapi adalah salah satu dari lebih dari 120 gunung berapi aktif di Indonesia. Negara ini rentan terhadap gejolak seismik karena lokasinya di 'Cincin Api' Pasifik, sebuah busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Cekungan Pasifik.
(dailymail.co.uk)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS