Advetorial

Johanis Richard Riwoe Kritik Politik Uang, Harap Timses dan Pemilih Lebih Cerdas

Penulis: Ryan Nong
Editor: Ryan Nong
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politisi PDI Perjuangan Johanis Richard Riwoe saat menjadi narasumber Pos Kupang Podcast, Sabtu 28 Oktober 2023.

"Dia punya basis massa nih, dia mengajukan saya bisa bawa basis massa kurang lebih 500 orang untuk pertemuan si calon ini, lalu dia minta dana. Nah massa yang sama ini dia tawarkan juga kepada caleg yang lain. Jadi di dalam pilkada juga begitu," ungkap dia.

Pendiri lembaga sosial Richard Riwoe Center itu mengatakan, pengalaman yang sama juga terjadi di daerah lain seperti di Jakarta. 

"Kalau saya lihat di Jakarta beberapa tim sukses yang dilakukan satu dua periode yang lalu itu juga begitu. Saya ketemu dengan tim sukses yang melakukan itu, mereka ada proposal - proposalnya dan itu ada budgetnya," sebut dia. 

Tetapi, lanjut Richard Riwoe, ada juga pihak lain yang menawarkan bahwa masyarakat meminta sembako dengan anggaran yang mereka tetapkan .

"Mereka tawarkan satu paket sekian. Jumlah yang hadir sekian. Itu mereka tawarkan. Sekarang tinggal caleg, calon kepala daerah, calon presiden wakil presiden mau ngambil tawaran itu atau tidak," terang dia. 

Richard Riwoe juga menyentil joke yang mengatakan bahwa "Tim sukses itu tim yang sukses. Belum tentu calonnya sukses tapi timnya pasti sukses".

Ia juga mencontohkan saat dirinya bertemu dan berdialog dengan warga di Kabupaten Sabu Raijua pada Desember 2022 lalu. Saat berbincang dengan tokoh masyarakat di wilayah pelosok, dirinya mendapati pengakuan bahwa masyarakat "menjual suaranya" antara Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.  

"Mereka mengatakan di sini untuk pileg mereka selalu memblokir satu daerah, lalu di situ satu suara ada yang Rp300 ribu ada yang Rp500 ribu. Nah itu baru bagi - bagi duit untuk dapat satu kursi nih. Belum lagi transportasi bolak balik. Sekarang kalau di NTT saja misalnya kalau 500 ribu untuk provinsi ya mungkin diatas Rp1 miliar dia duduk menjadi anggota dewan," urainya.

"Pertanyaannya, gajinya berapa sih?" tanya dia retoris.

Ia menyebut, tipe orang menjadi anggota dewan itu sangat bervariasi. Meski demikian, dirinya mengaku selalu percaya dalam diri bahwa seseorang dipilih, diangkat, ditetapkan itu dengan seizin Tuhan.

"Walaupun dia bekerja keras, keluarkan duit puluhan miliar ya tetap akhirnya Tuhan yang menentukan. Jadi bagi saya politik uang itu pembelajaran yang tidak mendidik masyarakat dan membuat masyarakat sejahtera," ungkap dia.

Sementara itu kepada masyarakat, pria yang juga merupakan pembina Forkabes NTT dan Percasi NTT itu berharap agar tidak menggadaikan masa depan mereka dengan menjual suara secara insidentil. Apabila praktik itu dilakukan, maka para cukong politik akan menganggap bahwa mereka telah membeli suara sehingga tidak memiliki kewajiban untuk berbuat bagi masyarakat lagi selama sisa waktu jabatan.  

Richard menyebut, tiga hal yang seharusnya menjadi landasan masyarakat memilih wakilnya atau pemimpinnya. Pertama harus melihat kemampuan calon, kedua harus melihat track record calon dan ketiga harus melihat pengalaman calon. (uzu/ian)

 

Ikuti berita terbaru POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS 
 
 

Berita Terkini