Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Wakil Ketua Umum PKB Hanif Dhakiri: Anies-Cak Imin Dipasangkan Tuhan

Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), M Hanif Dhakiri.

Sejak Mukhtamar PKB tahun 2019 memutuskan mandat kepada Gus Muhaimin untuk meju menjadi capres ataupun cawapres. It is not about Gue Muhaimin and PKB only tapi ini terkait dengan komunikas NU secara keseluruhan.

Bahwa kita harus mengusung orang yang bisa membawa nilai-nilai, cita-cita, ideologi dari warga Nahdliyin. Cak Imin ini bisa menjadi representasi dan diproses di Mukhtamar.

Dan proses konsultasi dengan para kiai. Dalam rangka proses itu kita juga bergerak mencari berbagai macam pasangan sampai akhirnya ketemu dengan Gerindra dan Prabowo.

Kita jalani sebaik-baiknya, seloyal-loyalnya sampai di ujung memang kayaknya nggak mungkin lagi. Sampai momentum perubahan nama koalisi itu. Kita melihat peluang yang tersedia ada NasDem dan Pak Anies Baswedan.

Kita ketemu, ngobrol jadi, itu yang namanya jodoh ditangan itu. Makanya pesennya kalau punya kekasih atau pacar itu jangan lama-lama segera dinikahi.

Pak Jokowi sempat bilang jangan keburu-buru, panaskan mesin tapi jangan digerakkan, kemudian disusul pernyataan tahu informasi intelejen hampir semua partai. Apakah Anda yakin pasangan Anies-Cak Imin akan lanjut sampai pendaftaran di KPU?

Yakin karena kita sudah mengambil pilihan maka kita tentu saja harus yakin dengan pilihan itu. Lho ini yang memasangkan Tuhan kok.

Kalau ditanya PKB tadinya maunya dengan siapa, ya tadinya dengan Gerindra, pasangannya Prabowo-Muhaimin itulah mengapa kita jalani setahun lebih. Tapi sudah dijalani sekuat-kuatnya Tuhan ternyata menggariskannya lain.

Gus Muhaimin menikahnya dengan Anies Baswedan. PKB berkoalisinya dengan NasDem. Yasudah ini kan jalan Tuhan, berarti kan saya boleh bilang Tuhan yang memasangkan. Dan kalau sudah Tuhan yang memasangkan masa iya saya ndak yakin.

Jadi Insya Allah mohon doanya, mudah-mudahan nggaka da aral melintang bahwa seluruh kekuatan juga bisa terbuka menerima demokrasi yang berkembang hari ini. Seperti munculnya pasangan Pak Anies Baswedan dan Gus Muhaimin.

Yang juga mengejutkan dukungan dari PKS, banyak org terkejut karena garisnya PKB yang NU kuat berbeda dengan PKS. Apakah ini luar biasa atau biasa saja?

Menurut saya sih biasa saja, orang hanya melihat secara ideologi kemudian aksentuasi keislaman sehingga orang melihatnya sulit PKB dan PKS berada dalam satu perahu.

Sebenarnya kita lihat pengalaman sejarah itu banyak terjadi misalnya kita mengusung Susilo Bambang Yudhoyono – Budiono di Pilpres 2009-2014. Waktu itu dalam ada PKB dan PKS, kita berarti sama-sama berkampanye. Misalnya dikaitkan dengan NU waktu itu nggak representasinya.

Nah hari ini kalau kita bicara pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) ada representasi kader NU tulen namanya Gus Muhaimin. Sehingg kalau secara logika diambil dari pengalaman sejarah yang ada mestinya ini nggak akan terlalu susah.

Wong dulu yang nggak ada kader NU bisa bareng-bareng kok apalagi sekarang. Di pilkada daerah banyak juga kita berkoalisi dengan PKS. Ada yang menang ada yang kalah, kemudian di Pilgub Jawa Tengah waktu itu Pak Sudirman Said bersama Bu Ida Fauziah itu diusing Gerindra PKB, disitu juga ada PKS.

Halaman
1234

Berita Terkini