Wilson berpendapat bahwa Mfat harus diberi selamat karena telah menjaga Mehrtens tetap hidup sejauh ini.
Dengan reputasi melakukan serangan di masa lalu, Angkatan Darat Indonesia secara mengejutkan ditahan, meskipun kemungkinan besar mereka tahu persis di mana Mehrtens ditahan dan dapat melakukan operasi militer, menurutnya.
“Ini menandakan Mfat berperan dalam pengekangan itu dan menjaga hubungan dengan Indonesia. Semakin lama hal ini berlangsung, semakin besar kesempatan yang kita miliki untuk mengakhirinya dengan damai.”
Apakah yang dilakukan Pemerintah cukup?
Tetapi ada orang lain yang mengkritik upaya Selandia Baru termasuk profesor Australia Damien Kingsbury, yang berpartisipasi dalam proses negosiasi TPNPB untuk waktu yang singkat.
Pekerjaan Kingsbury telah lama terfokus pada pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia, dan dia mengkritik Pemerintah dengan perspektif yang tampaknya mendukung pemberontak Papua.
Kingsbury mundur sebagai negosiator TPNPB setelah perwakilan Selandia Baru mengatakan mereka tidak akan bernegosiasi dengan penyandera.
Baca juga: Pilot Susi Air Belum Dibebaskan, Panglima TNI: Kita Gunakan Pendekatan Kemanusiaan
Perwakilan itu diduga mengatakan mereka akan menggunakan kontak mereka sendiri.
Kingsbury mengklaim dia membantu TPNPB mengeluarkan daftar tuntutan yang dimodifikasi untuk membebaskan Mehrtens, dan dia yakin pemerintah Selandia Baru perlu bernegosiasi.
“Sepertinya mereka telah melihat terlalu banyak film Hollywood kelas-B dan berpikir 'menjadi tangguh' adalah cara mencapai resolusi. Ini bukan."
Wilson tidak setuju dan menganggap kritik itu tidak adil. Ia mencontohkan bahaya moral (moral hazard) yang bisa terjadi jika konsesi diberikan.
“Itu bisa mendorong TPNPB dan kelompok lain untuk menyandera lainnya.”
Bagaimana sekarang untuk Mehrtens?
Terlepas dari itu, seorang ayah berusia 37 tahun tetap dalam bahaya.
“Ketidakpastian bagaimana ini akan berakhir akan membuatnya gila,” kata jurnalis lepas Australia John Martinkus.