Beta tiba di Pulau ALor dalam kondisi saat itu sedang terjadi gempa hebat/besar di bulan Juli taon 1991.
Dan beta baru rasakan bagaimana jika terjadi gempa besar dan saat berdiri langsung jatuh.
Dan guncangan gempa datang dengan interval waktu yang sonde lama atai jarak waktu singkat.
Makanya jika katong berdiri pasti jatoh. Dan saat goncangan gempa katong harus duduk jongkok sehingga sonda goyah dan terjatuh.
Beta tiba di Pelabuhan Kalabahi diterima unsur Pemda Alor lalu menggunakan perahu motor menuju ke Pulau Pantar.
Katong langsung turun di bibir Desa Batu( Bakalang - Tuntuli) dan diterima Bapa Desa Bakalang, bapa desa M Iskandar.
Teman KKN beta diantaranya, Gersoan Danuata, SH (su jadi pendeta,red) dan Jane Banoet, SH (ibu rumah tangga)
Dan saat turun di Desa Batu, kitong tidor di tenda di samping rumah dan sonde bisa masok ke dalam rumah.
Pasalnya, karena goncangan gempa Alor yang terus menerus mengguncang setiap saat sekitar 6 SR dari sebelumnya 7 SR.
Desa Batu selain belum ada jalan aspal namun juga belum ada listrik.
Setia malam katong cuma nyalakan lampu strongking, lalu tidor dalam kegelapan dan setiap beberapa jam terjadi guncangan.
Ruas jalan di Pulau Pantar semuanya masih dari jalan tanah dan belum berupa jalan rintisan asli.
Bahkan di pusat Kota Kecamatan di Pulau Pantar di Pantar Barat juga belum ada aspal.
Saat tanggal 17 Agustus 1991, katong mahasiswa KKN Undana wajib upacara di Kota Kecamatan di Pantar Barat.
Jadi beta bersama teman teman KKN harus berjalan kaki sekitar 7 kilometer, berupa jalan pintas (jalan potong) yang membelah Pulau Pantar dengan kontur jalan mendaki.