POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Asal Kujamah JubahNya.
Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Kitab Kejadian 28: 10-22a, dan bacaan Injil Matius 9: 18-26.
Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Senin 10 Juli 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Setiap perbuatan kita entah sekecil apapun tapi jika dilakukan dengan iman yang besar penuh pengharapan dan cinta yang besar maka kita bisa melakukannya dengan baik dan akan memperoleh berkatnya karena kita melakukannya dengan iman yang benar. Dan bisa terjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi jika kita lakukan tidak dengan iman yang besar dan benar maka walaupun kegiatan kita itu besar tapi dampaknya menjadi sangat kecil baik bagi kita mapun bagi orang lain.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Kisah bapa-bapa bangsa selalu memberikan kita inspirasi akan kesetiaan Tuhan kepada mereka dan kesetiaan bapa bangas terhadap janji Tuhan kepada mereka. Hari ini kita kembali disuguhkan dengan kisah Yakub yang mendapat penglihatan tentang tangga yang menghubungkan langit dan bumi serta para malaikat naik turun menggunakan tangga itu. Kisah ini seperti sebuah ilusi dan memang Tuhan mau memberikan satu tanda kepada Yakub bahwa dia dan nenek moyangnya adalah mereka yang mendapat kasih karunia di hadapan Allah dan karena itu mereka diberkati sesuai dengan Janji Tuhan sendiri.
Ciri utama dari kebajikan bapa – bapa bangsa seperti yang dikisahkan tentang Yakub pada hari ini adalah kesetiaan mereka untuk tetap pada jalan Tuhan walaupun sama sekali mereka tidak tahu atau tidak paham tentang semua itu. Kesetiaan mereka yang ditunjukkan lewat pola hidup mereka yang selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh hidup mereka dengan tetap berpegang pada janji Tuhan membuat mereka mendapat kasih karunia dan berkat di hadapan Allah. Iman mereka yang sederhana dan luar biasa setia pada janji-janji Allah itulah yang memampukan mereka untuk diberkati oleh Allah sendiri.
Dan memang semua janji-janji Allah itu akhirnya terpenuhi dari masa ke masa sampai kepada diutusnya sendiri Putra Tunggalnya. Model iman bapa-bapa bangsa yang menyerahkan diri mereka seluruhnya kepada Allah itulah yang ditonjolkan oleh kedua figur yang muncul dalam kisah injil hari ini.
Yang pertama kepala rumah ibadat yang anaknya yang baru saja meninggal, tetapi imanya yang menyelamatkan putrinya dari kematian itu: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah, letakkanlah tanganMu atasnya maka ia akan hidup.” Kepala rumah ibadat itu berkata: “letakkan saja tanganMu atasnya maka ia akan hidup.” Keyakinannya yang begitu besar kepada Yesus itulah yang membuat dia sangat yakin bahwa anaknya akan hidup kembali.
Sebagai kepala rumah ibadat dia pasti tahu dan mengenal Yesus sangat baik dan orang seperti apakah Yesus itu yang tidak sekedar seorang Nabi tapi lebih dari itu. Hal itu terlihat dari cara dia datang dan menyembah Yesus di hadapan banyak orang dan memohon pertolongan Yesus. Sikap kerendahan hati inilah yang menunjukkan betapa imannya sangat besar di hadapan Yesus. Hal yang sama ditunjukan oleh seorang wanita yang sakit pendarahan selama 1y2 tahun itu. Imannya ditunjukan lewat menjamah saja jubah Yesus: “Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.” Ibu ini lebih mengandalkan hal yang paling sederhana yang dia lakukan. Imannya itu harus dia tunjukkan. Dan yang dia tunjukkan adalah hanya dengan menjamah jubah Yesus. Iman yang besar dari satu aksi yang sederhana selalu punya dampak besar terhadap ibu itu. Dia akhirnya sembuh. Begitu juga iman kepala rumah ibadat itu membuat anaknya bangkit kembali.
Semua kita adalah pengikut Yesus dan murid-muridNya yang juga beriman kepada Allah. Namun dalam praktek harian kita, iman kita lebih hanya sebagai nama yang kita letakan sebagai predikat kekatolikan kita semata. Yesus sebenarnya dalam kisah injil hari ini dan kesetiaan yang ditunjukkan oleh bapa bangsa itu dapat kita lakukan dengan memulai dengan hal-hal yang sederhana dan tidak dengan tindakan heroik yang luar biasa. Iman sebesar biji sesawi saja kita dapat lakukan banyak hal dengan tindakan iman yang sederhana tapi dengan kekuatan iman yang luar biasa. Hal ini yang mungkin kita biasa abaikan.
Menunjukkan kerendahan hati di hadapan Tuhan menjadi sangat sulit kita lakukan karena kita selalu merasa benar di hadapan Tuhan. Itu terjadi karena egoisme dan kesombongan spiritual yang selalu kita tunjukkan padahal bagi Tuhan mungkin kita masih keliru. Yang Tuhan mau hanyalah kerendahan hati di hadapan Tuhan dengan menunjukkan tindakan iman yang sederhana tetapi dengan iman yang kuat dan mendalam. Yakinlah kita akan berkenan di hadapan Allah dengan tetap setia kepadaNya.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama, kesetiaan Tuhan selalu sepanjang waktu bagi kita. Maka Tuhan tuntut kita pun setia kepadaNya.