POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Polisi menggerebek sebuah rumah kontrakan di di Jalan Merah Delima, Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu 28 Juni 2023.
Terkait kejadian ini Yani salah satu warga yang tinggal tepat bersebelahan dengan rumah kontrakan yang dijadikan lokasi Aborsi mengungkap beberapa kejanggalan di tempat tersebut.
Yani mengaku bahwa ia pernah melihat seorang perempuan keluar dari rumah tersebut namun berjalan dengan kondisi yang tak wajar layaknya orang merasakan sakit.
"Pernah pagi-pagi saya lihat cewek keluar tuh naik ke mobil tapi kok jalannya pelan begitu kaya kesakitan," kata Yani ketika ditemui di lokasi, Kamis 29 Juni.
Namun dijelaskan Yani, kala itu dirinya tidak curiga dengan apa yang ia lihat itu. Sebab kata Yani, dirinya sering melihat mobil jasa pesan antar yang diduga merupakan milik para pelaku tersebut.
"Saya pikir itu karyawan Lalamove ya mungkin kerjaannya Lalamove mungkin mau kerja atau apa, enggak kepo lah awalnya," jelasnya.
Yani juga sering mendengar suara bising dari rumah kontrakan tersebut.
Baca juga: BREAKING NEWS: Ibu di Sikka Bantu Anaknya Aborsi
"Sekitar bulan Mei itu saya sering mendengar suara vacum. Saya sampai bilang ke suami saya 'pi itu apaan si vacum ibu depan apa ya'," kata Yani.
Dikatakan Yani bahwa suara bising vacum itu ia dengar secara berulang-ulang sejak para pelaku Aborsi itu tinggal di rumah kontrakan tersebut sejak dua bulan lalu.
Tak hanya suara vacum, bahkan menurut penuturan Yani, dirinya juga kerap mendengar suara ketukan palu yang berasal dari rumah kontrakan tersebut.
"Itu berulang, kadang ganti ketok-ketok kaya orang memalu. Tapi kalau orang memalu paku sama ngetok dinding kan beda ya, kerasa kan ya," ujarnya.
Anak dari Yani bahkan mengaku suara vacum dan ketukan palu itu cukup terdengar jelas dari dalam kamar tidurnya. "Tapi mukulnya bukan kaya mukul ke tembok, kalau mukul ke tembok kan jelas ya, ini mukul dari jauh gitu," ujarnya.
Sementara itu warga lainnya yakni Ezra mengatakan bahwa dirinya sering melihat laki-laki duduk di depan rumah kontrakan tersebut. Ia menjelaskan, bahwa laki-laki yang ia lihat kerap berganti alias bukan orang yang sama terlihat di lokasi tersebut.
Baca juga: Kronologi Kasus Aborsi di Sikka, Berawal dari Kecurigaan Bidan Puskesmas
"Sering, ganti-ganti. Waktu itu pernah ada cowok bapak-bapak berkumis terus jeda beberapa lama beda lagi kayak masih anak kuliahan gitu lah," ujarnya.
"Enggak sekali dua kali," sambung Ezra.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin menyebut klinik aborsi ilegal di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat itu sudah melakukan aksinya kepada kurang lebih 50 perempuan. Jumlah itu merupakan dari praktik yang dilakukan selama satu bulan.
Komarudin mengatakan para pelaku ini memasang tarif kepada para pasiennya beragam sesuai dengan usia janin yang akan diaborsi. "Untuk pelaku menerapkan tarif eksekusi itu antara Rp 2,5-Rp8 juta tergantung dari usia kandungan," jelasnya.
Para pelaku yang sejauh ini tidak mempunyai latar belakang medis ini hanya menggunakan alat seadanya untuk mengaborsi pasien dengan vakum. "Janin-janin yang setelah dilakukan tindakan, atau disedot oleh para pelaku dibuang ke dalam kloset," ujar Kapolres.
Kombes Komarudin mengatakan pengungkapan ini dilakukan berdasarkan laporan dari masyarakat. "Berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa ada aktivitas yang sangat mencurigakan dari seorang warga baru yang diduga baru kurang lebih sekitar 1 bulan atau 1 bulan setengah mengontrak di trmpat ini dan aktivitasnya sangat tertutup," kata Komarudin.
Baca juga: Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tidak Layani Rawat Inap Kasus Aborsi
Kombes Komarudin mengatakan warga curiga karena dari rumah tersebut terlihat wanita yang berganti-ganti keluar masuk rumah.
"Dugaan sementara dari warga ini tempat adalah untuk menampung para TKI nah dari sanalah kami melakukan penyelidikan, pendalaman, dan Alhamdulillah tim dari unit PPA Satreskim Polres Jakarta Pusat berhasil mengungkap bahwa telah terjadi dugaan aborsi," tuturnya.
Dalam hal ini, polisi berhasil mengamankan tujuh orang yang tiga diantaranya yakni SN, NA, dan SM yang merupakan pelaku aborsi dengan perannya masing-masing.
"Di dalam pada saat kami geledah, atau penindakan hukum, juga ditemukan 4 orang pasien ya inisial J, AS, RV dan IT, dimana 3 orang baru saja selesai melaksanakan tindakan sedang beristirahat karena masih pendarahan dan 1 orang sedang baru mau akan dilakukan," ujarnya.
Komarudin melanjutkan, untuk pelaku SN berperan sebagai eksekutor jika ada pasien yang datang. Dalam menjalankan aksinya, SN dibantu oleh pelaku NA yang berperan mencari para pasien untuk dilakukan aborsi.
"SN wanita selaku eksekutor dan SN ini bukan berlatar belakang medis, dia hanya dilihat dari KTP hanya IRT (Ibu Rumah Tangga)," tuturnya.
Baca juga: 7 Tengkorak Janin Hasil Aborsi Disimpan di Kotak Makanan, Polisi Ciduk Sepasang Kekasih
Sementara satu orang lainnya berinisial SM yang berperan menjemput para pasien dengan diberi imbalan sebesar Rp 500 ribu untuk sekali antar.
"Jadi ini sistemnya, sistem antar jemput sangat rapih sekali makanya pak RT dan warga sangat terkecoh dari aktivitas yang di dalam," jelasnya
Komarudin menyebut pelaku yang merupakan eksekutor berinisial SN dan asistennya, AN itu melakukan praktik aborsi dengan cara divakum. "Janin-janin yang setelah dilakukan tindakan, atau disedot oleh para pelaku dibuang ke dalam kloset," tuturnya.
Dari pemeriksaan sementara, Komarudin mengatakan jika pasien yang datang ke rumah tersebut lebih dari satu orang. "Jadi satu hari itu di dalam mobil bisa 3-4 orang, jadi dia keliling jemput anter kesini nanti pulangnya diantar lagi," jelasnya.
Saat ini, lanjut Komarudin, pihaknya masih melakukan pemeriksaan secara intensif dan mengembangkan kasus tersebut. (tribun network/abd/wly)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS