Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan minggu lalu oleh kesultanan Dar Masalit, pemimpin komunitas etnis Masalit Afrika menuduh milisi Arab, yang didukung oleh RSF, melakukan genosida terhadap warga sipil Afrika. Lebih dari 5.000 orang tewas di ibu kota provinsi, Genena, menurut perkiraannya.
ICRC menyelamatkan 297 anak dari panti asuhan di ibu kota pada awal Juni. Operasi tersebut dilakukan setelah 71 anak meninggal karena kelaparan dan sakit di fasilitas tersebut sejak pertengahan April.
Mobilisasi massa untuk melawan RSF
Sebelumnya, pemimpin militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, menyerukan mobilisasi massa pemuda negara itu untuk membantu memerangi pemberontakan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Dalam pidato menjelang Idul Adha pada hari Selasa, al-Burhan mengatakan dari markas besar tentara di Khartoum bahwa “tingkat konspirasi terhadap Sudan mengharuskan setiap orang untuk waspada dan siap menghadapi ancaman eksistensial terhadap negara.”
“Kami meminta semua pemuda negara kami dan semua orang yang dapat mempertahankannya untuk tidak ragu atau menunda memainkan peran patriotik ini, baik di tempat tinggal mereka atau dengan bergabung dengan unit militer untuk mendapatkan kehormatan membela kelangsungan hidup negara Sudan. yang mengalami persekongkolan internal dan eksternal,” imbuhnya.
Baca juga: Jenderal Top Rusia Hilang Kabar Pasca Pemberontakan Pasukan Bayaran Wagner, Ditahan?
Pemberontakan RSF dimulai pada bulan April, ketika menyerang beberapa posisi tentara di ibu kota Khartoum, dan sejak itu menyebar ke beberapa bagian Sudan.
Kelompok paramiliter pemberontak telah menguasai posisi strategis militer dan pemerintah di ibu kota Khartoum dan menguasai kota-kota penting di wilayah Darfur dan terus bentrok dengan angkatan bersenjata.
Angkatan Darat menuduh RSF didukung oleh kekuatan asing, tetapi pemberontak membantah tuduhan tersebut.
(gulftoday.ae/sudanpost.com)