Prakiraan Cuaca

Ini 12 Daerah di NTT Berstatus Siaga Kekeringan, BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Waspada Kebakaran

Penulis: Irfan Hoi
Editor: Adiana Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

12 Daerah di NTT Siaga Kekeringan/ Daerah persawahan di Kecamatan Kambera Sumba Timur yang tampak kering- Inilah 12 Daerah di NTT berstatus Siaga Kekeringa, BMKG Keluarkan Peringatan waspada kebakaran

POS-KUPANG.COM -  Inilah 12 Daerah di NTT berstatus Siaga Kekeringan. BMKG menyebut 12 Daerah di NTT itu mengalami hari tanpa hujan ( HTH ) berturut-turut lebih dari 21 hari hingga 60 hari.

Menindaklanjuti kondisi yang ada, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) langsung mengeluarkan peringatan dini.

Masyarakat yang berada pada 12 Daerah di NTT diimbau waspada.

Sebanyak 12 Daerah di NTT yang dirilis BMKG berstatus Siaga Kekeringan yakni:

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Provinsi NTT: 12 Daerah di NTT Berstatus Siaga Kekeringan, Berikut Daftarnya

1. Alor
2. Belu
3. Ende
4. Kota Kupang
5. Manggarai Barat
6. Rote Ndao
7. Sabu Raijua
8. Sikka 
9. Sumba Barat
10. Sumba Barat Daya
11. Sumba Tengah
12. Sumba Timur

Data itu disampaikan Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Rahmatulloh Adji di Kupang, Jumat 23 Juni 2023. 

Dijelaskan Rahmatulloh Adji, hasil analisis cuaca per tanggal 20 Juni 2023, Provinsi NTT saat berada dalam periode musim kemarau. Karena itu diperlukan kewaspadaan.
 
"Diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan," kata rahmatulloh Adji. 

Baca juga: 12 Daerah di NTT Siaga Kekeringan 

Ia menjelaskan, dari data HTH (hari tanpa hujan) hingga update 20 Juni 2023 menunjukkan bahwa di beberapa wilayah NTT mengalami hari tanpa hujan berturut-turut lebih dari 21 hari hingga 60 hari.

Prakiraan peluang curah hujan, kata dia, menunjukkan bahwa disebagian besar wilayah di NTT diperkirakan akan mengalami curah hujan sangat rendah (kurang dari 20 mm/dasarian)  dengan peluang lebih dari 70 persen. 

"Kedua kondisi (itu) memenuhi syarat untuk dikeluarkan peringatan dini," sebutnya.

Akibat dari hal itu turut berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Selain itu, dampak juga pada pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih.

"Berdampak pada meningkatnya potensi terjadinya kebakaran," tambah Adji.  (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
 

Berita Terkini